Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Dinilai Masih Gamang, Gusdurian: Sudah Tidak Bisa, Kita Perlu Rem Darurat

Kompas.com - 30/06/2021, 14:31 WIB
Ardito Ramadhan,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Jaringan Gusdurian Alissa Wahid mendorong pemerintah untuk berani menarik rem darurat sebagai upaya menekan laju penularan Covid-19 yang melonjak dalam beberapa waktu terakhir.

Alissa menilai, pemerintah saat ini masih gamang untuk mengambil kebijakan yang ekstrem mengenai penanganan pandemi. Tetapi, menurutnya, hal itu sepatutnya dilakukan pemerintah di tengah kondisi yang memburuk.

"Pada tingkat kebijakan yang lebih basar kita melihat masih gamang, tarik ulur, maju mundur, dan lain-lain. Sudah tidak bisa, ini sekarang kita perlu rem darurat, apapun pilihan yang Bapak Ibu ambil, ambil lah tapi dengan tegas," kata Alissa dalam konferensi pers, Rabu (30/6/2021).

Alissa memaklumi kegamangan yang dialami para pengambil kebijakan karena tidak ada pilihan yang mudah dalam situasi seperti ini, karena kebijakan yang diambil bukan lagi kebijakan pencegahan tetapi pengelolaan.

"Kita sudah di tengah-tengah perangnya, sudah di tengah-tengah badai-badainya, sudah bukan lagi posisi mencegah badai tetapi ini harus mengelola badainya, memitigasi risikonya itu sekarang posisi kita," kata dia.

Baca juga: Menkes: Vaksin Covid-19 Tak Membuat Kita 100 Persen Kebal Seperti Superman, tapi Buat Daya Tahan Tubuh Lebih Baik

Ia juga memahami pemerintah tengah menghadapi buah simalakama atas pilihan apapun yang diambil. Namun, ia menegaskan bahwa keselamatan nyawa harus menjadi priortias dibandingkan hal lainnya.

Putri Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid itu pun mengutip pernyataan sang ayah bahwa memang tidak ada pilihan yang terbaik, tapi yang terpenting adalah mengelola konsekuensi atas keputusan yang diambil.

"Gus Dur mengatakan, tidak ada pilihan yang terbaik, semua piihan diambil saja lalu kita buat itu menjadi pilihan terbaik karena kita mengelola semua konsekuensinya," ujar dia.

Ia melanjutkan, apabila pemerintah tidak berani mengambil keputusan lockdown secara penuh, maka setidaknya pemerintah harus memastikan protokol kesehatan benar-benar ditegakkan.

"Artinya daerah-daerah yang (zona) merah misalnya betul-betul diminta untuk memperketat semuanya sehingga rantainya itu putus, sehingga kita punya ruang untuk memperbaiki layanan kesehatan sehingga tidak kolaps," kata Alissa.

Diketahui, catatan penambahan kasus positif Covid-19 di Indonesia bertambah signifikan tiap harinya. Pada Selasa (29/6/2021) kemarin, ada 20.467 kasus Covid-19 dalam sehari.

Baca juga: Wamenkes Ungkap Anak Usia 7-12 Tahun Lebih Banyak Terpapar Covid-19

Dengan demikian, total jumlah kasus Covid-19 yang tercatat pemerintah yaitu 2.156.465 dengan 1.869.606 sembuh dan 58.024 meninggal dunia.

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, saat ini tengah terjadi gelombang kedua kasus Covid-19 Indonesia.

Menurut Wiku, kasus mingguan di Indonesia telah mencapai puncak. Bahkan, kenaikannya lebih tinggi dari puncak kasus yang terjadi pada Januari 2021.

"Hal ini menandakan second wave atau gelombang kedua kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia," ujar Wiku dalam keterangan persnya, Selasa (29/6/2021).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Setuju Istilah Presidential Club, Prabowo: Enggak Usah Bikin Club, Minum Kopi Saja

Tak Setuju Istilah Presidential Club, Prabowo: Enggak Usah Bikin Club, Minum Kopi Saja

Nasional
1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

Nasional
Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Nasional
Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Nasional
Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Nasional
PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

Nasional
KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com