Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jubir Yenny Wahid: Kepemimpinan Muhaimin Iskandar di PKB Tunjukkan Watak Oligarki

Kompas.com - 15/04/2021, 16:15 WIB
Ardito Ramadhan,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Yenny Wahid, angkat bicara mengenai konflik internal di Partai Kebangkitan Bangsa.

Juru bicara Yenny, Imron Rosyadi Hamid mengatakan, PKB di bawah kepemimpinan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar semakin menunjukkan watak oligarkis dan nepotisme.

Imron menyebut, hal itu diketahui Yenny setelah mendengar berita-berita mengenai dinamika di internal PKB.

"Mbak Yenny sudah mendengar berita-berita menyangkut dinamika internal PKB pasca dilangsungkannya Muscab serentak Tahun 2021 yang menimbulkan ketidakpuasan pengurus daerah," kata Imron dalam keterangan tertulis, Kamis (15/4/2021).

Baca juga: Ancaman Mantan Wabup Karawang soal KLB dan MLB PKB hingga Tanggapan Ketua DPC PKB

"Dalam pandangan kami, PKB di bawah kepemimpinan Muhaimin Iskandar semakin menunjukkan watak oligarkis dan nepotisme yang tidak sehat bagi pengembangan demokrasi," kata Imron melanjutkan.

Imron pun mendorong seluruh pihak termasuk internal dan sesepuh untuk mengingatkan Muhaimin dan lingkaran elitenya agar kembali pada sejarah awal berdirinya PKB.

"Termasuk sejarah masa lalu Cak Imin dalam memperlakukan Gus Dur dalam konflik PKB yang masih terus diingat warga NU," kata dia.

Baca juga: PKB Akan Gelar Mukernas dan Munas Alim Ulama, Persiapan Jelang 2024 Ikut Dibahas

Imron mengingatkan, Gus Dur bukan sekadar pendiri PKPB melainkan juga cucu pendiri Nahdlatul Ulama Hasyim Asy'ari yang harus diperlakukan dengan baik.

Ia menambahkan, perlu ada kesadaran kolektif agar proses demokrasi di PKB kembali berjalan normal.

"Kami khawatir, diamnya para sesepuh akan dianggap sebagai upaya perlindungan kepada Cak Imin yang memiliki sejarah kelam terhadap Gus Dur sehingga berdampak pada penilaian negatif kalangan akar rumput terhadap para sesepuh," kata dia.

Mantan Pengurus di Daerah Kecewa

Diberitakan Kompas TV, sejumlah mantan pengurus PKB mulai menumpahkan kekecewaan pada kepengurusan Muhaimin sebagai ketua umum PKB.

Misalnya, Ketua DPC PKB Jeneponto Andi Mappanturu yang merasa dizalimi oleh Muhaimin karena seharusnya masih mengemban jabatan hingga tahun 2022.

"Tetapi karena kezaliman Pak Muhaimin (Iskandar) yang mengubah AD/ART pada saat muktamar di Bali, di dalamnya sudah tidak demokrasi," tutur Andi, Senin (12/4/2021), dikutip dari Kompas.tv.

Baca juga: Mantan Wabup Karawang: Masalah dengan Ketum PKB Sudah Selesai, tetapi Ada AD/ART yang Dilanggar

Selain Andi, mantan Ketua DPC PKB Bandar Lampung Juanda juga menyebut kepemimpinan Muhaimin telah melanggar AD/ART dengan tidak adanya fungsi Dewan Syuro dan ketua DPC.

Juanda pun menyebut tidak ada demokrasi di internal PKB dan PKB saat ini sudah dikuasai oleh keluarga Muhaimin.

"Karena Cak Imin sudah lebih dari 3 priode memimpin PKB. Dan PKB sudah menjadi milik keluarga Cak imin bukan lagi Partainya warga Nahdliyin," ujar Juanda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com