Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengesahan Kubu KLB Ditolak, AHY: Satu Babak Sudah Kita Lewati

Kompas.com - 07/04/2021, 21:03 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan, partainya kini sudah selesai menghadapi satu babak dalam kemelut yang terjadi di tubuh Partai Demokrat akibat adanya gerakan pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat (GPK-PD).

Ia menyebut, satu babak yang berhasil dilewati tersebut adalah keputusan Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna Laoly yang menolak permohonan pengesahan hasil Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang.

"Saya anggap satu babak sudah kita lewati. Artinya kita tidak pernah tahu, kalau orang mengatakan ini adalah sebuah cerita panjang. Paling tidak babak yang sangat menentukan sudah kita lewati," kata AHY dalam acara Satu Meja The Forum yang disiarkan Kompas TV, Rabu (7/4/2021) malam.

Baca juga: Ingin Bertemu Jokowi, Mahfud, dan Yasonna Laoly, AHY: Sejak Hari Pertama Saya Memohon

Pernyataan tersebut AHY ungkapkan untuk merespons pertanyaan jurnalis senior Harian Kompas Budiman Tanuredjo mengenai keputusan Menkumham tersebut.

Budiman bertanya kepada AHY, apakah keputusan tersebut merupakan awal atau akhir dari kemelut yang terjadi dalam Partai Demokrat.

Lebih lanjut, mantan calon Gubernur DKI Jakarta itu juga mengaku partainya lega dan menganggap keputusan Menkumham sebagai sebuah berita yang baik.

Adapun keputusan Menkumham tersebut bukan hanya menjadi berita baik bagi Partai Demokrat. AHY menilai, keputusan itu juga menjadi berita baik bagi keberlangsungan demokrasi di Indonesia.

"Bukan hanya untuk Partai Demokrat, karena kedaulatan, kehormatan, dan eksistensi kami tetap diakui oleh pemerintah, tetapi juga adalah kabar baik untuk demokrasi. Artinya kita masih bisa berharap di negeri ini, bahwa siapa yang benar, siapa yang duduk pada konstitusi yang kokoh maka dia juga bisa selalu mendapatkan tempat yang baik," jelasnya.

Baca juga: Soal KLB Kubu Moeldoko, AHY: Kami Menjaga agar Presiden Tidak Difitnah...

Selain itu, AHY juga menegaskan bahwa kemelut yang menimpa Partai Demokrat bukan karena adanya keterlibatan pemerintah.

Sejak awal, kata dia, Partai Demokrat telah meyakini bahwa adanya gerakan tersebut diinisiasi oleh Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko, segelintir kader dan mantan kader Partai Demokrat.

"Jadi duduk perkaranya adalah berkonspirasi dan bersatunya mereka untuk melakukan pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat yang sah. Saya tidak melihat ada keterkaitan apalagi dukungan dari pihak-pihak tertentu, apalagi itu pejabat pemerintah," tuturnya.

AHY menjelaskan, sejak awal Moeldoko menyebut bahwa gerakan tersebut didukung oleh pemerintah, termasuk mencatut nama Presiden Joko Widodo.

Baca juga: AHY: Banyak Jenderal Dirikan Partai, Kubu Moeldoko Ingin Enaknya Aja

Merespons pernyataan kubu KLB tersebut, AHY kemudian mengambil langkah yaitu partainya mengirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo untuk memohon klarifikasi.

"Kami mengirimkan surat baik-baik dan memohon klarifikasi, dan tentunya ingin melindungi jangan sampai pemimpin kita dicatut namanya begitu saja," terang AHY.

Diketahui, Kementerian Hukum dan HAM menolak permohonan pengesahan hasil KLB Partai Demokrat Deli Serdang yang diajukan kubu Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.

Baca juga: Kubu KLB Akan Ajukan Gugatan ke PTUN, AHY: Kami Tidak Takut

"Pemerintah menyatakan permohonan pengesahan hasil Kongres Luar Biasa di Deli Serdang Sumatera Utara tanggal 5 Maret 2021 ditolak," kata Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Rabu (31/3/2021).

Yasonna mengatakan, penolakan permohonan itu merujuk pada AD/ART Partai Demokrat tahun 2020 yang telah disahkan oleh pemerintah.

Menurutnya, Kemenkumham tidak berwenang menilai soal kesesuaian AD/ART tersebut dengan Undang-Undang Partai Politik sebagaimana dipersoalkan oleh kubu Moeldoko.

"Argumen-argumen tentang AD/ART tersebut yang disampaikan pihak KLB Deli Serdang, kami tidak berwenang untuk menilainya, biarlah itu menjadi ranah pengadilan," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo Soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo Soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com