JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, siklon tropis sudah menjadi peristiwa tahuhan sejak 2017.
Menurutnya, perlu ada mitigasi khusus agar fenonema alam ini tidak menjadi kebiasaan dan mengakibatkan bencana yang parah.
"Sejak 2017 itu setiap tahun selalu terjadi siklon tropis. Bahkan dalam setahun pernah terjadi dua kali," ujar Dwikorita dalam paparan pada konferensi pers virtual melalui YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (6/4/2021).
Baca juga: Diterjang Badai Siklon Tropis Seroja, Kantor Bupati dan Rumah Sakit di Sabu Raijua Rusak
Dia menyebut, Siklon Tropis Seroja merupakan siklon tropis yang ke-10 kalinya terjadi di Indonesia.
Namun, siklon Seroja ini masuk ke daratan sehingga mengakibatkan bencana alam yang parah di NTT, NTB dan sekitarnya.
"Ini yang tidak lazim. Oleh karenanya kita perlu evaluasi penyebabnya," tegas Dwikorita.
Dia menjelaskan, di Indonesia siklon tropis terjadi pertama kali pada 2008 yang dinamakan Siklon Tropis Durga.
Kemudian siklon tropis terjadi lagi pada 2010 yang disebut Siklon Tropis Anggrek. Berikutnya, pada 2014 Siklon Tropis Bakung terjadi di Indonesia.
Pada 2017, terjadi dua kali siklon tropis di Tanah Air, yakni Siklon Tropis Cempaka dan Siklon Tropis Dahlia.
Pada 2018 juga terjadi dua kali peistiwa siklon tropis, yakni Siklon Tropis Flamboyan dan Siklon Tropis Kenanga.
Pada 2019 terjadi satu kali siklon tropis, yakni Siklon Tropis Lili. Pada 2020 juga terjadi satu kali siklon tropis yakni Siklon Tropis Mangga.
"Yang terakhir pada 2021 ini Siklon Tropis Seroja. Jika dilihat polanya, pada awalnya siklon tropis terjadi 2-4 tahun sekali. Lalu sejak 2017 menjadi setahun sekali, bahkan bisa setahun dua kali," papar Dwikorita.
Dia menyebut, siklon tropis bisa terjadi karena semakin panasnya suhu muka air laut.
Berdasarkan hipotesis sementara, kata dia, ada hubungan antara global warming dengan terjadinya siklon tropis ini.
"Ini baru hipotesis ya, tetapi ada korelasinya antara siklon tropis dengan peningkatan suhu muka air laut yang dipengaruhi juga oleh global warming," ungkapnya.
Baca juga: BMKG Pastikan Siklon Tropis Seroja Tak Berdampak Signifikan di Wilayah Jateng
"Jadi itulah yang perlu kita perhatikan. Global warming memang perlu kita mitigasi. Jika tidak, siklon tropis ini akan menjadi kejadin rutin setiap tahun dan menjadi hal normal. Ini yang harus kita antisipasi bersama," tegasnya.
Sebagaimana diketahui, Siklon Tropis Seroja menyebabkan angin kencang dan hujan lebat yang menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor di NTT dan NTB.
Bencana tersebut mengakibatkan ribuan orang mengungsi dan puluhan orang meninggal dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.