Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tuberkulosis Masih Jadi Ancaman, Indonesia Negara dengan Beban TB Tertinggi Ketiga

Kompas.com - 25/03/2021, 09:17 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyakit tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan yang perlu diselesaikan di Indonesia.

Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan, Indonesia tercatat sebagai negara dengan beban penyakit TB tertinggi ketiga di dunia.

Ia mengatakan, kasus TB di Indonesia jumlahnya kurang lebih 845.000 kasus dengan angka kematian mencapai 93.000 kasus.

"Indonesia merupakan negara dengan beban tuberkulosis tertinggi ketiga di dunia setelah India dan China," kata Ma'ruf di acara peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia secara virtual, Rabu(24/3/2021).

Baca juga: Arahan Wapres Maruf agar di Indonesia Bebas TB 2030

Ma'ruf mengatakan, dari jumlah kasus TB di Indonesia itu, baru 68 persen yang sudah ditemukan dan diobati.

Dengan demikian, masih ada 32 persen yang belum ditemukan sehingga rawan menjadi sumber penularan bagi masyarakat.

Oleh karena itu, meskipun saat ini pandemi Covid-19 masih berlangsung di Tanah Air, Ma'ruf berpesan agar upaya mengatasi TB tetap ditingkatkan.

"Sesuai perkiraan WHO, kematian akibat TB akan bertambah sejumlah 400.000 di seluruh dunia atau setiap jam bertambah sekitar 45 orang meninggal, jika kelangsungan layanan TB esensial terganggu selama pandemi Covid-19," kata dia.

Tingginya kasus TB di Indonesia, kata dia, jauh lebih besar dari pada beban akibat biaya pengobatan TB itu sendiri.

Akibat TB, negara kehilangan produktivitas masyarakatnya. Sebab, warga yang paling terdampak tuberkulosis adalah kelompok usia produktif.

Baca juga: Wapres: Indonesia Negara dengan Beban Penyakit TB Tertinggi Ketiga di Dunia

Lebih jauh Ma'ruf mengatakan, tuberkulosis merupakan penyakit menular klasik yang seharusnya sudah dapat diatasi.

Berdasarkan laporan WHO tahun 2020, sebanyak 1,4 juta orang meninggal akibat TB pada 2019, termasuk di dalamnya 208.000 orang dengan HIV.

Sampai saat ini, kata dia, di seluruh dunia TB menjadi salah satu dari 10 penyebab utama kematian akibat satu jenis infeksi.

Pada 2019, diperkirakan 10 juta orang di seluruh dunia menderita TB. Jumlah itu terdiri dari 5,6 juta laki-laki, 3,2 juta perempuan, dan 1,2 juta anak-anak.

Prevalensi TB juga dapat ditemukan di seluruh negara dan kelompok umur.

Target Indonesia bebas TB

Tingginya angka TB membuat Pemerintah Indonesia menargetkan bebas tuberkulosis pada 2030.

Target tersebut sejalan dengan yang ditetapkan Sustainable Development Goals (SDGs).

"Sedemikian pentingnya penanganan tuberkulosis, pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang tinggi untuk mengeliminasi TB pada tahun 2030 sesuai target SDGs," kata Ma'ruf.

Baca juga: Wapres: Sumber Daya untuk Atasi Penyakit TB Terkuras ke Covid-19

Oleh karena itu, Ma'ruf memberikan arahan agar Indonesia bisa terbebas dari TB pada tahun 2030 nanti.

Pertama, meningkatkan intensitas edukasi, komunikasi, dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai penyakit tuberkulosis.

Caranya yakni dengan meningkatkan kesadaran masyarakat agar memahami dan memiliki kemampuan dalam melakukan pencegahan terhadap penyakit tuberkulosis.

Kemudian, mendorong masyarakat yang terpapar risiko tuberkulosis atau memiliki gejala yang berhubungan dengan tuberkulosis agar segera melakukan pemeriksaan dan mendapatkan pengobatan.

"Termasuk mendorong pasien tuberkulosis agar memiliki kepatuhan dalam menjalani pengobatan sampai sembuh, serta memerangi stigma dan diskriminasi terhadap pasien tuberkulosis agar tidak dikucilkan," kata dia.

Arahan kedua, meningkatkan intensitas jangkauan ke masyarakat untuk menemukan pasien tuberkulosis.

Baca juga: Obat TBC, Efek Samping, Cara Minumnya

Kemudian, memastikannya masuk ke dalam sistem pengobatan tuberkulosis melalui layanan kesehatan yang tersedia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com