Hal itu berpengaruh buruk terhadap pembangunan sumber daya manusia Indonesia ke depan.
Muhadjir mengungkapkan, 75 persen penyakit TB diderita oleh kelompok usia produktif.
Kemudian sebanyak 8,2 persen TB dialami oleh usia anak kurang dari 15 tahun.
"Hal ini menjadikan bukti bahwa kita perlu segera melakukan upaya mengeliminasi TB," kata dia.
Sejalan dengan target SDGs, kata Muhadjir, Indonesia sudah menandatangani kesepakatan bersama dengan semua pimpinan dunia untuk berusaha mencapai eliminasi TB pada 2030.
Oleh karena itu, pada peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2021 ini, Muhadjir mengingatkan soal evaluasi atas upaya-upaya yang telah dilakukan sebelumnya, salah satunya dengan akan menerbitkan peraturan presiden (perpres) dalam rangka mengentaskan penyakit TB.
Saat ini, perpres penanggulangan TB tersebut masih dalam proses penyusunan.
"Kami akan segera menerbitkan perpres yang akan berisi antara lain menekankan pentingnya jajaran multisektoral untuk terlibat di dalam intervensi pengendalian faktor risiko," kata Muhadjir.
Menurut Muhadjir, perpres ini diterbitkan karena strategi penanggulangan tuberkulosis melalui pendekatan sektor kesehatan saja tidak cukup.
Hal tersebut selama ini belum dapat menurunkan beban masalah TB di kawasan kasus TB tinggi seperti di Asia dan Afrika, termasuk Indonesia.
Sementara itu, intervensi pengendalian faktor risiko yang dimaksud Muhadjir dilakukan baik dalam peningkatan derajat kesehatan perseorangan, perubahan perilaku masyarakat, maupun peningkatan kualitas rumah tinggal pasien.
Demikian juga pencegahan pengendalian infeksi TB di fasilitas pelayanan kesehatan dan ruang publik.
Secara bersama-sama, kata dia, seluruh pemangku kepentingan baik di pusat maupun di daerah harus bersinergi untuk menekan faktor-faktor risiko tersebut.
"Perlu ada intervensi dari semua sektor dan lingkungan yang ada dalam mengendalikan faktor-faktor risiko TB ini," kata dia.
Muhadjir mengatakan, arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah membangun sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul.
Dengan demikian, selain penanggulangan TB pemerintah juga perlu mengatasi persoalan stunting.
"Karena kondisi gizi yang buruk juga sudah menjadi salah satu faktor risiko sangat besar untuk infeksi TB kepada anak-anak kita," ujar Muhadjir.
Baca juga: Ikan Cupang Juga Bisa Terserang Penyakit TBC, Ini Gejalanya
Ia mengatakan, lintas sektor pusat dan daerah perlu memprioritaskan program kegiatan untuk menanggulangi kedua masalah kesehatan tersebut.
Caranya yakni dengan meningkatkan sumber daya, anggaran, sarana prasarana yang dibutuhkan baik kesehatan maupun sektor lainnya.
Angka penderita TB menurun
Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut, angka penderita tuberkulosis menurun drastis selama pandemi Covid-19.
Hal ini diduga karena selama pandemi aktivitas masyarakat di luar rumah sangat berkurang.
"Dalam tahun 2020 di masa pandemi Covid-19 angka penemuan TBC menurun sangat drastis," kata Budi dalam acara yang sama.
Budi mengatakan, 316 dari 100.000 rakyat Indonesia saat ini terkena TBC.
Sesuai dengan rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN), ditargetkan angka tersebut turun jadi 65 per 100.000 rakyat menderita TBC di tahun 2030.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.