Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penolakan Vaksin dari Era Hindia Belanda hingga Kini

Kompas.com - 19/01/2021, 07:22 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Penolakan terhadap vaksin Covid-19 bermunculan seiring dengan dimulainya program vaksinasi massal untuk memutus mata rantai penularan virus corona di Indonesia.

Penyebab penolakan vaksin bermacam-macam. Ada yang disebabkan oleh hoaks seputar vaksin dan ada pula yang disebabkan faktor agama, yakni terkait kehalalan bahan baku vaksin.

Kendati demikian, penolakan terhadap vaksin bukan kali pertama terjadi di Indonesia saat pandemi Covid-19 menjangkiti masyarakat.

Baca juga: Perwira TNI Ini Kaget Jadi Korban Hoaks Meninggal Setelah Terima Vaksin

Jauh sebelum itu, sejarah mencatat penolakan terhadap vaksin selalu ada sejak era Hindia Belanda hingga Indonesia merdeka.

Era Hindia Belanda

Pada era pemerintahan Hindia Belanda, penduduk di Kepulauan Nusantara pernah berhadapan dengan penyakit cacar dan kolera yang menyebar pada sejumlah daerah perdagangan di Pulau Jawa.

Masyarakat yang saat itu belum begitu mengenal pengobatan modern kerap kali mengaitkan penyakit ini dengan kepercayaan tradisional, seperti roh atau kutukan.

Pada suasana seperti itulah vaksin untuk pertama kali hadir di tengah-tengah masyarakat.
Alhasil, persinggungan antara kepercayaan tradisional dan langkah kesehatan modern menimbulkan pergulatan tersendiri antara pemerintah dan masyarakat dalam proses vaksinasi.

Pada penyakit cacar, misalnya, vaksin yang tiba di Indonesia pada awal abad ke-19 pernah ditolak oleh sebagian masyarakat di Pulau Jawa karena dinilai sebagai jalan menolak takdir.

Bahkan, berita bohong juga tersebar untuk memengaruhi masyarakat agar tidak bersedia divaksinasi (Baha’ Uddin, 2006).

Baca juga: Kementerian BUMN Bantah Ada “Chip” di Dalam Vaksin Covid-19

Sebagai solusi, pemerintah Hindia Belanda saat itu merekrut mantri cacar untuk melakukan vaksinasi. Kedekatan kultural antara masyarakat Jawa dengan mantri menjadi jalan pembuka penerimaan masyarakat terhadap vaksin.

Hingga tahun 1860 terdapat 479.768 penduduk di Jawa dan Madura yang menerima vaksin cacar.

Selain cacar, vaksin juga digunakan untuk mengatasi penyebaran penyakit kolera pada awal abad ke-20. Penolakan dan rasa takut untuk menerima vaksin juga dirasakan oleh sejumlah masyarakat di Batavia saat itu.

Sebagai strategi untuk mempermudah vaksinasi, pemerintah kala itu memberi layanan vaksin dengan menggandeng pelajar STOVIA dan sejumlah mantri.

Selain di rumah sakit, vaksinasi juga dilakukan pada beberapa klinik untuk memperluas jangkauan masyarakat.

Baca juga: Wapres: Sosialisasi Vaksinasi Covid-19 Harus Bijak, Jangan Ada Kesan Memaksa

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com