Upaya ini cukup membuahkan hasil. Hingga tahun 1914, sebanyak 64.756 penduduk di Batavia dan sekitarnya telah menerima vaksin kolera (Bek, 2017).
Era Indonesia merdeka
Memasuki periode kemerdekaan, penolakan juga masih ditunjukkan oleh masyarakat di Indonesia terhadap vaksin.
Menurut catatan arsip harian Kompas, ragam penolakan yang hadir di tengah-tengah masyarakat juga diiringi oleh sejumlah strategi dari pemerintah agar masyarakat bersedia divaksinasi.
Pada tahun 1980-an, polio pernah menjadi salah satu sorotan bagi dunia kesehatan di sejumlah negara.
Pasalnya, polio menjadi satu dari enam penyakit utama penyebab kematian bagi anak-anak di bawah usia lima tahun pada negara-negara berkembang di dunia saat itu (Kompas, 7 Maret 1983).
Baca juga: Menko PMK: Protokol Kesehatan Harus Tetap Dilakukan meski Vaksinasi Sudah Mulai
Di Indonesia, polio coba diatasi dengan menerapkan gerakan massal imunisasi, khususnya di perdesaan. Selain melalui suntikan, vaksin oral juga diberikan dalam bentuk serbuk kepada bayi.
Akan tetapi, sejumlah respons negatif muncul dari sebagian masyarakat setelah sang anak menerima vaksin polio.
Dokter atau mantri disalahkan karena kaki anak mengalami perubahan bentuk, seperti besar sebelah setelah diberi vaksin.
Padahal, perubahan bentuk bagian kaki adalah dampak dari polio yang diderita oleh anak yang sebelumnya tidak diketahui oleh orangtua.
Selain itu, sejumlah anak mengalami demam setelah diberi vaksin. Hal ini membuat para orangtua enggan untuk membawa anak mereka ke puskesmas karena khawatir vaksin memberikan efek buruk bagi anak (Kompas, 20 Maret 1982).
Baca juga: Buruh Ingin Masuk Daftar Prioritas Vaksinasi Covid-19
Sebagai solusi, pemerintah saat itu gencar melakukan sosialisasi tentang vaksin polio dengan memanfaatkan media massa.
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular di Departemen Kesehatan saat itu juga gencar memberikan sosialisasi tentang dampak yang ditimbulkan jika terlambat memberikan vaksin polio kepada anak.
Karakter Si Unyil
Vaksinasi berikutnya yang juga menuai kekhawatiran dari masyarakat adalah campak pada lustrum pertama dekade 1980-an. Masyarakat saat itu khawatir dengan efek samping yang ditimbulkan akibat vaksin.