Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Cara Kerja Tim DVI Ungkap Identitas Korban Srwijaya Air

Kompas.com - 11/01/2021, 11:36 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Dalam setiap kecelakaan pesawat yang jatuh ke laut, selain tim SAR (Search and Rescue), tim DVI (Disaster Victim Identification) Polri juga menjadi garda terdepan.

Sebabnya, jenazah atau bagian tubuh dari korban yang ditemukan tim SAR harus diidentifikasi agar diketahui identitasnya. Hal itu yang menjadi tugas tim DVI yang biasanya bermarkas di RS Polri Sukanto, Kramat Jari, Jakarta Timur.

Adapun dari proses pencarian korban kecelakaan pesawat Sriwjaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas dan TNI telah menyerahkan 16 kantong jenazah kepada tim DVI.

Baca juga: 16 Kantong Jenazah dan 3 Kantong Properti Penumpang Sriwijaya Air Diterima Tim DVI RS Polri

"Sampai pukul 09.00 ini juga, tim DVI telah menerima 16 kantong jenazah dan juga tiga kantong properti," ucap Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Rusdi Hartono di RS Polri dikutip dari tayangan KompasTV.

Selain itu, tim DVI juga telah menerima 40 sampel DNA dari keluarga korban. Rusdi menuturkan, 14 sampel didapat di RS Polri Kramat Jati, 24 sampel didapat dari Pontianak, satu sampel dari Jawa Timur, dan satu sampel lainnya dari Sulawesi Selatan.

Proses identifikasi

Kesulitan utama tim DVI dalam mengidentifikasi identitas korban pada kecelakaan pesawat ialah jenazah korban yang ditemukan biasanya dalam kondisi tidak utuh.

Karena itu sering kali tim SAR hanya menemukan potongan tubuh dari jenazah korban kecelakaan pesawat yang tenggelam di laut.

Untuk itu, nantinya tim DVI akan mencocokkan potongan tubuh atau barang milik korban berupa pakaian yang ditemukan tim SAR, dengan sampel DNA yang diberikan keluarga korban.

Baca juga: Tim DVI RS Polri Sudah Terima 40 Sampel DNA dari Keluarga Korban Sriwijaya Air

Sampel DNA yang biasanya diberikan pihak keluarga kepada tim DVI ialah sidik jari dan sampe pemeriksaan gigi.

Karenanya, keluarga dari korban yang namanya terdaftar dalam manifes penerbangan diimbau untuk memberikan sampel DNA kepada tim DVI untuk membantu proses identifikasi.

"Segera menghubungi kepolisian terdekat, kepolisian akan mengubungi tim DVI yang ada di Rumah Sakit Polri," kata Rusdi.

Adapun Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 mengangkut 62 orang yang terdiri dari enam kru aktif, 46 penumpang dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga bayi.

Guna melancarkan proses identifikasi, tim DVI membuka tiga buah posko antemortem di Tanjung Priok, Bandara Supadio Pontianak, dan di RS Polri Kramatjati.

Baca juga: Tim DVI Kerja Sama dengan Sriwijaya Air Dapatkan Data Penumpang

Tim DVI juga mengerahkan 306 personel guna mengidentifikasi jenazah yang terdiri dari beberapa instansi, yakni Polri, TNI, Kementerian Kesehatan, dan Ikatan Dokter Ahli Forensik Indonesia.

Namun, bagi keluarga korban yang berada jauh dari posko-posko tersebut, mereka dapat mendatangi kepolisian terdekat. Nantinya, pihak kepolisian akan menghubungi Tim DVI yang berada di RS Polri.

Setelah proses identifikasi oleh Tim DVI RS Polri selesai, PT Jasa Raharja bisa langsung menyerahkan santunan kepada keluarga korban.

Jasa Raharja akan memberikan santunan sebesar Rp 50 juta kepada pihak keluarga korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

Kepala Divisi Asuransi Jasa Raharja, Bambang Panular, menyampaikan bahwa hal itu sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16 Tahun 2017 tentang Besar Santunan dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

Nasional
KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Nasional
Pemerintah Tegaskan Tak Ragu Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

Pemerintah Tegaskan Tak Ragu Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Tangani ODGJ di Sumba Timur, Mensos Risma Minta Pemda dan Puskesmas Lakukan Ini

Tangani ODGJ di Sumba Timur, Mensos Risma Minta Pemda dan Puskesmas Lakukan Ini

Nasional
Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club', Jokowi Usul Pertemuannya Dua Hari Sekali

Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club", Jokowi Usul Pertemuannya Dua Hari Sekali

Nasional
Kelakar Hakim MK saat PKB Ributkan Selisih 1 Suara: Tambah Saja Kursinya...

Kelakar Hakim MK saat PKB Ributkan Selisih 1 Suara: Tambah Saja Kursinya...

Nasional
Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club', Jokowi: Bagus, Bagus...

Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club", Jokowi: Bagus, Bagus...

Nasional
PPP Klaim Terjadi Perpindahan 5.958 Suara ke Partai Garuda di Dapil Sulawesi Tengah

PPP Klaim Terjadi Perpindahan 5.958 Suara ke Partai Garuda di Dapil Sulawesi Tengah

Nasional
Pernyataan Jokowi Bantah Bakal Cawe-cawe di Pilkada Diragukan

Pernyataan Jokowi Bantah Bakal Cawe-cawe di Pilkada Diragukan

Nasional
Komnas KIPI Sebut Tak Ada Kasus Pembekuan Darah akibat Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Komnas KIPI Sebut Tak Ada Kasus Pembekuan Darah akibat Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Nasional
Menpan-RB: Seleksi CPNS Sekolah Kedinasan Dimulai Mei, CASN Juni

Menpan-RB: Seleksi CPNS Sekolah Kedinasan Dimulai Mei, CASN Juni

Nasional
Cak Imin Harap Kerja Sama Koalisi Perubahan Berlanjut pada Pilkada Aceh

Cak Imin Harap Kerja Sama Koalisi Perubahan Berlanjut pada Pilkada Aceh

Nasional
Kritisi Program Merdeka Belajar, Dompet Dhuafa Gelar Hardiknas Eduaction Forum 2024

Kritisi Program Merdeka Belajar, Dompet Dhuafa Gelar Hardiknas Eduaction Forum 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com