Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaksanaan Demokrasi dan Toleransi Dinilai jadi PR Presiden Jokowi

Kompas.com - 20/10/2020, 10:46 WIB
Tsarina Maharani,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengajar Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengatakan pekerjaan rumah (PR) yang perlu diselesaikan Presiden Joko Widodo di periode keduanya ini adalah pelaksanaan demokrasi dan toleransi.

Sebab, menurut Hendri, pemerintahan Jokowi saat ini abai serta defensif terhadap suara kritis masyarakat.

"Kalau banyak presiden sebelum Pak Jokowi PR-nya adalah ekonomi, sekarang PR-nya Pak Jokowi adalah pelaksanaan demokrasi dan toleransi," katanya saat dihubungi, Selasa (20/10/2020).

Baca juga: Setahun Jokowi-Maruf, Pemerintah Diminta Lebih Mendengar Suara Rakyat

Dia mencontohkan pengesahan sejumlah undang-undang kontroversial dalam setahun pemerintahan Jokowi, yaitu UU Mineral dan Batu Bara, UU Mahkamah Konstitusi, dan UU Cipta Kerja.

Hendri berpendapat, presiden terlalu fokus mengejar target-target pemerintahan tanpa mempertimbangkan aspirasi publik.

"Memang ada prioritas yang dia kejar dan minim keterlibatan publik pun tidak apa-apa. Jadi yang paling penting kelihatannya ada beberapa hal yang dikejar untuk menelurkan legacy pada saat nanti lengser, dan itu sangat disayangkan," ujar Hendri.

Ketiga UU tersebut dinilai Hendri dibahas dalam waktu relatif singkat. Selain itu, ketiga UU disahkan di saat penanganan pandemi Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda menggembirakan.

"Harusnya (pandemi Covid-19) menjadi hal yang utama, tapi ternyata kesehatan dan ekonomi menjadi hal utama dimanfaatkan juga untuk hal-hal lain yang sifatnya lebih urgen. Urgen versi pemerintah," ucapnya.

Sikap defensif pemerintah pun ditunjukkan dengan cara para pejabat pemerintah merespons berbagai kritik yang disuarakan publik.

Misalnya, soal UU Cipta Kerja, pemerintah malah mempersilakan masyarakat mengajukan gugatan judicial review ke MK.

Baca juga: Setahun Jokowi-Maruf: Pernyataan Kontroversial hingga Prediksi Puncak Pandemi Covid-19

"Pemerintah alih-alih mendengarkan malah bilang bahwa, kalau nggak suka ke MK saja. Itu kan menurut saya defensif dan menghilangkan keinginan masyarakat untuk berdialog," kata Hendri.

Hendri pun berharap Jokowi dapat lebih mendengarkan suara rakyat dalam menentukan kebijakan. Masih ada empat tahun lagi hingga akhir periode kedua Jokowi di 2024.

"Tidak masalah selama komunikasi publik di lapangan baik, dan kemudian ruang publik juga diadakan. Jadi lebih banyak mendengarkan," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Ide "Presidential Club" Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Nasional
Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Nasional
BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

Nasional
Luhut Ingatkan soal Orang 'Toxic', Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Luhut Ingatkan soal Orang "Toxic", Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Nasional
Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Nasional
[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

Nasional
Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Nasional
Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com