Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Warsono, MS
Guru Besar Unesa

Guru Besar di Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya

Mengikuti atau Mengkhianati Nilai Pancasila?

Kompas.com - 17/08/2020, 20:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETELAH 75 tahun merdeka, Indonesia masih diliputi oleh kemiskinan. Badan Pusat Statistik merilis bahwa, sampai Maret 2020, jumlah penduduk miskin di Indonesia masih berada pada angka 9,78 persen atau sekitar 26,42 juta jiwa.

Pandemi Covid-19 telah memicu kenaikan jumlah orang miskin sebanyak 1,28 juta jiwa dari tahun 2019. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang sebelum Covid-19 terus mengalami peningkatan.

Namun, dengan adanya pandemi, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan sampai pada minus 5 persen pada kuartal II. Pada kuartal ke III diharapkan menjadi minus 1 persen (Kompas.com, 12 Agustus 2020).

Di sisi lain, pandemi Covid-19 juga telah meningkatkan indeks Gini dari 0,380 pada 2019 menjadi 0,381 pada Maret 2020 (Republika, 14 Agustus 2020).

Rasanya sulit menalar mengapa Indonesia menjadi negara yang miskin, padahal semua potensi untuk menjadi negara kaya dimiliki.

Indonesia memiliki sumber daya alam dengan berbagai bahan tambang, mulai dari minyak, batu bara, besi, nikel, emas, dan lainnya.

Hutan di Indonesia menghasilkan berbagai aneka tumbuhan yang bisa dimanfaatkan untuk menopang kesejahteraan rakyat.

Indonesia juga memiliki lautan yang kaya berbagai jenis ikan yang bisa menambah kesejahteraan rakyat.

Indonesia juga memiliki tanah yang subur (gemah ripah loh jinawi tukul kang sarwo tinandur). Berbagai jenis tanaman pangan bisa tumbuh untuk menghidupi rakyat Indonesia.

Presiden Soekarno pernah mengatakan bahwa Indonesia mampu menghidupi 250 juta penduduk. Kesuburan tanah nusantara digambarkan oleh Koesplus bagaikan tanah surga, sehingga tongkat kayu dan batupun bisa jadi tanaman.

Dengan kekayaan alam yang melimpah, para pujangga melukiskan kehidupan masyarakatnya penuh dengan rasa aman, damai, dan sejahtera (tata tentrem kerta raharja).

Rasa aman digambarkan dengan pernyataan sato iwen mulih nang kandange dhewe-dhewe. Kekayaan yang berupa ternak dibiarkan mencari makan sendiri.

Setiap pagi dilepas dari kandang, dan kemudian sore hari kembali pulang ke kandang, tidak ada yang mencuri atau mengganggu.

Bukti bahwa Indonesia pernah mencapai suatu kehidupan yang sejahtera bisa ditemukan dalam warisan budayanya. Kita memiliki budaya yang adiluhung.

Berbagai peninggalan budaya material seperti gamelan menunjukan bahwa bangsa kita pernah mencapai suatu kehidupan yang sejahteran, sehingga bisa mengebangkan seni yang adiluhung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com