Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IAKMI Duga Peningkatan Pasien Covid-19 Meninggal Disebabkan Hal Ini

Kompas.com - 24/07/2020, 19:49 WIB
Sania Mashabi,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) menilai, terus bertambahnya angka pasien meninggal dunia akibat Covid-19 di Indonesia disebabkan keterlambatan penanganan kasus Covid-19.

Hal itu dikatakan oleh Anggota Tim Satgas Penanganan Covid-19 IAKMI Hemawan Saputra.

"Jadi memang kemungkinan besar penambahan kasus yang meninggal dunia ini memang karena terjadi keterlambatan ya dalam penanganan (Covid-19)," kata Hermawan kepada Kompas.com, Jumat (24/7/2020).

Baca juga: UPDATE 24 Juli: Tambah 89, Pasien Covid-19 Meninggal Kini 4.665 Kasus

Menurut Hermawan, keterlambatan itu bisa saja terjadi karena semakin banyaknya kasus Covid-19 di Indonesia.

Kemudian menyebabkan penuhnya rumah sakit, jumlah tenaga medis yang berkurang dibanding rasio pasien yang terjangkit Covid-19.

"Banyak juga orang-orang yang diminta isolasi mandiri, padahal dia sebenarnya bisa berdampak lebih berat dan lebih serius dan ini sungguh mengkhawatirkan," ujar dia.

Oleh karena itu, Hermawan berharap pemerintah bisa meningkatkan kapasitas perawatan Covid-19.

Selain itu, juga perlu ada penguatan deteksi dini untuk menciptakan percepatan penanganan pasien.

"Dan ini harus terus menerus disiapkan pemerintah. Tetapi sekaligus masyarakat meningkatkan kesadaran untuk mencegahnya," ucap Hermawan.

Diketahui, penambahan kasus harian pasien Covid-19 di Indonesia yang meninggal dunia terus bertambah.

Baca juga: Belasan Pegawai Pemkot Bekasi Positif Covid-19, 2 di Antaranya Meninggal Dunia

Pada 19 Juli, tercatat penambahan kasus pasien meninggal dunia akibat Covid-19 sebanyak 127 orang.

Kemudian 20 Juli bertambah 96 orang, 21 Juli bertambah 81 orang, 22 Juli bertambah 139 orang, 23 Juli 117 orang.

Terakhir 24 Juli tercatat ada penambahan 89 orang. Sehingga total penambahan pasien meninggal dunia dalam enam hari berjumlah 649 orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic', Jokowi: Benar Dong

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic", Jokowi: Benar Dong

Nasional
Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Nasional
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Nasional
Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tersenyum lalu Tertawa

Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tersenyum lalu Tertawa

Nasional
Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Nasional
Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Nasional
Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Nasional
Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Nasional
PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

Nasional
Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Nasional
Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Nasional
Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Nasional
PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com