Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkominfo Sebut Hoaks soal Corona Lebih Cepat Menyebar daripada Informasi Pemerintah

Kompas.com - 03/02/2020, 17:09 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate menampik anggapan, pemerintah terlambat memberikan informasi kepada masyarakat Natuna terkait rencana karantina WNI yang baru dipulangkan dari Wuhan, China.

Johnny menyebut, informasi hoaks lebih dulu bergerak dibandingkan informasi dari pemerintah.

"Tidak terlambat. Yang terlebih dulu bergerak itu adalah hoaksnya. Bukan informasi yang terlambat, informasi itu cepat tindakannya. Yang lebih cepat lagi itu adalah hoaksnya yang berjalan," ujar Johnny dalam konferensi pers di Kantor Kemenkominfo, Jakarta Pusat, Senin (3/1/2020).

Baca juga: Dampak Corona ke RI Semakin Terbatas, Saatnya Kembali Masuk ke Pasar

Dia mengatakan, proses pengambilan keputusan dari evakuasi 238 WNI hingga penempatan mereka untuk dikarantina di Natuna berlangsung serba cepat.

Sehingga, informasi belum disampaikan secara maksimal.

Lebih lanjut dia menyebut, sikap masyarakat Natuna yang semula menolak karantina 238 WNI lebih karena sikap berhati-hati.

"Itu sebetulnya karena kehatian-hatian masyarakat lokal yang belum mendapat informasi dengan lengkap, langkah-langkah tindakan pencegahan yang dilakukan Pemerintah. Kita memaklumi bahwa memang ada kekhawatiran itu," jelas Johnny.

Baca juga: Cegah Penyebaran Virus Corona dari Hewan, Kementerian Pertanian Gelar Inspeksi di Soekarno-Hatta

Akan tetapi, dari sisi pertimbangan pemerintah, Natuna menjadi pilihan tepat untuk lokasi karantina dan observasi ke-238 WNI beserta rombongan penjemput mereka.

"Pilihan tempat yang paling tepat dan paling baik itu adalah di Natuna dibandingkan tempat tempat yang lain. Itu sudah dihitung semua," tambahnya.

Lebih lanjut, Johnny mengatakan pemerintah akan mengambil langkah antisipasi informasi hoaks lewat SMS blast.

Baca juga: Korban Virus Corona Meninggal Dunia dan Larangan Perjalanan yang Dikeluarkan Filipina

Sebelumnya, Johnny mengatakan mayoritas berita hoaks soal penularan virus corona menyebar lewat WhatsApp.

Informasi itu disebarkan secara beruntun sehingga akhirnya diterima masyarakat secara luas.

"Penyebaran yang paling besar melalu WhatsApp, diteruskan, diteruskan, itu seperti deret ukur dan bisa menjangkau banyak sekali masyarakat," ujar Johnny dalam konferensi pers di Kantor Kemenkominfo, Jakarta Pusat, Senin (3/1/2020).

Sementara itu, Kominfo mencatat ada 54 informasi hoaks yang tercatat menyebar di media sosial, salah satunya WhatsApp.

Baca juga: Dampak Corona ke RI Semakin Terbatas, Saatnya Kembali Masuk ke Pasar

Akibat dari persebaran ini, kata Johnny bisa mempengaruhi jutaan orang.

"Bisa jutaan orang yang mengikuti ini dan terpengaruh atau dapat informasi yang salah atau bahkan hoaksnya, informasi yang bohong. Itu merugikan kita," tegas Johnny.

Dirinya mencontohkan, beberapa informasi hoaks yang dimaksud yakni ada Virus Berbahaya di RSUP Dr. Sardjito, virus corona diduga sudah menyebar dan masuk ke Indonesia di Gedung BRI, virus corona sudah masuk di Jakarta, 1 Pasien di RSPI Sulianti Saroso Jakarta sedang Diisolasi, serta terdapat orang terinfeksi virus corona di Rumah Sakit Wahidin Makassar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi Jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi Jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
SYL Berkali-kali 'Palak' Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

SYL Berkali-kali "Palak" Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

Nasional
Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Nasional
Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Nasional
KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

Nasional
Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com