Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polri: Penyelenggaraan Pilkada Berpotensi Timbulkan Konflik Sosial

Kompas.com - 19/12/2019, 11:13 WIB
Devina Halim,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Polri menyebutkan, penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (pilkada) berpotensi menimbulkan konflik sosial.

Seperti diketahui, Indonesia akan menyelenggarakan pilkada serentak di tahun 2020.

Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan (Kabaharkam) Polri Irjen Agus Andrianto menuturkan, potensi terjadinya konflik tersebut semakin meningkat dengan perkembangan media sosial.

Hal itu disampaikan Agus saat membacakan sambutan Kapolri Jenderal (Pol) Idham Azis di acara seminar bertajuk "Strategi Manajemen Media di Era Disrupsi 4.0 untuk Indonesia Maju.

Baca juga: Puan Harap Waktu Kampanye Pilkada Serentak Diperpendek Agar Efektif

"Pengalaman sebelumnya, pilkada serentak berpotensi menimbulkan konflik sosial yang dapat mengganggu keamanan dalam negeri," ungkap Agus di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (19/12/2019).

"Ditambah dengan perkembangan medsos sehingga kepentingan politik dapat berimplikasi pada terjadinya konflik sosial baik horizontal maupun vertikal," sambung dia.

Berdasarkan catatan Polri, sepanjang tahun 2018 terjadi 29 peristiwa konflik sosial.

Kemudian, pada Januari-Juni 2019, Polri mencatat terjadi 26 peristiwa konflik sosial.

Baca juga: Golkar Gandeng 10 Lembaga Survei Jelang Pilkada Serentak 2020

Menurut Agus, ada pula konflik sosial yang disebabkan karena pengaruh media sosial. Namun, ia tidak menyebutkan peristiwa yang dimaksud.

Selain itu, Agus menuturkan, potensi ancaman lainnya dalam pilkada serentak yaitu sabotase dan terorisme.

Menurutnya, tantangan selama penyelenggaraan pilkada diperparah dengan perkembangan teknologi yang serba cepat, keterbukaan tanpa batas, dan kerap mengabaikan norma yang berlaku.

Baca juga: Anggaran Pilkada Serentak 2020 Diperkirakan Lebih dari Rp 15 Triliun

Kondisi itu akan diperkeruh apabila aparat penegak hukum tidak tampil dalam melindungi bangsa dan negara.

Maka dari itu, Agus mengatakan dibutuhkan manajemen media yang efektif dan efisien.

"Oleh karena itu, diperlukan diskursus mengenai manajemen media yang efektif dan efisien dalam masa sekarang, di mana dikenal dengan era disrupsi 4.0 sebagai implikasi dari revolusi industri," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Nasional
BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

Nasional
Luhut Ingatkan soal Orang 'Toxic', Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Luhut Ingatkan soal Orang "Toxic", Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Nasional
Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Nasional
[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

Nasional
Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Nasional
Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com