JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan, tidak semua bencana besar yang terjadi di Tanah Air menimbulkan korban, baik korban jiwa maupun luka-luka.
Hal itu disampaikan Doni Monardo saat bertandang ke Menara Kompas, Jakarta, Senin (19/11/2019) sore.
Menurut dia, ada sejumlah daerah di Indonesia yang masyarakat dan pemerintah daerahnya memiliki kesiapan tinggi dalam menghadapi bencana. Misalnya, wilayah Kabupaten Konawe dan Konawe Utara di Sulawesi Tenggara.
Pada saat perayaan Idul Fitri 2019 lalu, banjir melanda wilayah ini. Ratusan rumah hanyut dan ribuan lainnya terendam selama berminggu-minggu akibat adanya penumpukan sedimen lumpur.
Padahal, di wilayah tersebut sebelumnya belum pernah terjadi banjir separah itu.
"Saya sempat terbang dari Kendari ke Konawe lalu ke Konawe Utara. Memang luas tutupan yang digunakan oleh tambang itu tidak besar, tapi ternyata hampir semua muara sungai terjadi pendangkalan akibat sedimen pengambilan tambang," kata Doni.
Baca juga: Kepala BNPB: Gempa dan Tsunami Bencana yang Berulang
Setelah melaporkan informasi tersebut kepada Presiden Joko Widodo, akhirnya tim dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) turun untuk mengeruk tumpukan sedimen yang ada di sungai.
Sehingga, air yang tadinya menggenangi rumah warga kembali mengalir ke sungai.
Beruntung dalam peristiwa tersebut tidak ada korban jiwa. Hal itu tidak terlepas dari peran aktif bupati yang terus menerus meminta masyarakat yang mengungsi untuk tidak kembali ke rumahnya masing-masing untuk sementara waktu.
"Dia (Bupati) bahkan menugaskan kepala desa untuk terus mengingatkan masyarakat. Dan masyarakat yang tidak disipilin mereka dihukum naik pohon," ucap dia.
Baca juga: BNPB Siapkan Program Khusus untuk Berdayakan Korban Gempa Maluku
Doni pun mengapresiasi ketegasan sikap bupati dalam mencegah timbulnya korban dari masyarakat.
"Kalau tidak keras, mereka akan nakal dan kembali ke rumah. Inilah yang saya bandingkan, bahwa kepemimpinan para bupati itu bisa meminimalisasi dampak kerugian dan korban jiwa," kata dia.
Contoh lainnya terjadi sebulan kemudian. Gempa bermagnitudo 7,2 mengguncang wilayah Halmahera Selatan, Maluku Utara, dan mengakibatkan 1.200 rumah warga rusak parah. Sementara, sekitar 1.500 rumah lainnya mengalami rusak ringan.
Menurut Doni, rumah-rumah yang rusak tersebut tidak dibangun menurut kaidah struktur bangunan yang benar, sehingga sebagian besar ambruk dan rata dengan tanah.
Baca juga: Doni Monardo: Bapak Sutopo Berjasa Besarkan Nama BPNB
Meski demikian, korban yang jatuh akibat peristiwa itu terbilang sedikit, yaitu empat orang, dengan dua di antaranya tertimpa bangunan.
Doni mengatakan, masyarakat di sana telah memiliki kesadaran bahwa bangunan rumah milik mereka tidak tahan gempa. Sehingga, gempa dengan kekuatan berapa pun, mereka harus keluar sebelum detik kelima.
"Inilah pentingnya mengedukasi penduduk. Bagaimana kalau tahu rumahnya tidak tahan gempa, mereka tidak bisa menunggu lagi hingga gempanya reda," ucap Doni Monardo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.