Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tentara Tionghoa Indonesia Saat Agresi Surabaya 10 November 1945

Kompas.com - 06/10/2019, 11:23 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tentara Nasional Indonesia (TNI) baru saja memperingati hari ulang tahun yang ke-74 kemarin, Sabtu (5/10/2019).

Meskipun usianya kian dewasa, TNI tidak bisa dilepaskan dari cikal bakal perjuangan prajurit di era awal kemerdekaan.

Kala itu, sebelum TNI dibentuk, rakyat bersama-sama mempertahankan keutuhan NKRI di tengah gejolak yang muncul.

Sebutlah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Chungking. Saat peristiwa 10 November 1945 pecah di Surabaya, jajaran Tionghoa di Surabaya mengorbankan jiwa raga mereka untuk mempertahankan kemerdekaan dari serangan tentara Britania Raya-India Britania.

TKR Chungking dan Palang Merah

Dikutip dari buku Tionghoa dalam Sejarah Kemiliteran (2014) karya Iwan Santosa, kala itu, sebagian Tionghoa di Surabaya membentuk TKR Chungking.

Dengan bendera kebangsaan Tiongkok, mereka menyerbu gelanggang pertempuran yang panas bersama tentara dan rakyat Indonesia.

Dalam pertempuran itu, TKR Chungking mengenakan helm yang biasa dikenakan militer Jerman. Mereka juga menenteng senapan Karaben 98-K yang sempat dipasok Nazi Jerman di tahun 1930-an ke Pemerintah Chungking.

Baca juga: Kisah John Lie, Hantu Selat Malaka, Pahlawan Penyelundup Senjata...

Tak hanya bergabung sebagai TKR, para pemuda Tionghoa juga mendirikan Barisan Palang Merah Tionghoa di Surabaya. Pertolongan mereka tidak hanya diberikan ke orang berdarah Tiongkok, tetapi seluruh warga negara Indonesia.

Palang Merah Tionghoa pun membuka sepuluh pos dengan 11 dokter dan 600 tenaga medis. Pembiayaan pertolongan dipikul oleh organisasi bernama Cung Hua Chung Hui.

Di sisi lain, pemuda Tionghoa di Malang ramai-ramai membentuk Angkatan Muda Tionghoa (AMT). Mereka juga mendirikan Palang Biru.

Baik AMT maupun Palang Biru sama-sama bertolak ke Surabaya untuk ikut pertempuran November 1945.

Baca juga: 17 Agustus: Mengenang Rumah Petani Tionghoa, Tempat Penyusunan Teks Proklamasi di Rengasdengklok

Pecahnya Peristiwa 10 November

Pada 10 November 1945 malam, pertempuran memuncak. Rumah sakit yang tersebar di seantero Surabaya dipenuhi korban pertempuran. Banyak di antara pasien adalah warga Tionghoa Surabaya.

Kantor berita Reuters hari itu melansir berita ribuan orang Indonesia menjadi korban serbuan militer Sekutu. Laki-laki, perempuan, sipil maupun militer, dewasa maupun anak-anak. Ikut menjadi korban juga orang Tionghoa, Indo-Belanda, dan India.

Radio Republik Indonesia (RRI) 13 November 1945 mengabarkan bahwa orang-orang Tionghoa turut bertempur bersama rakyat Indonesia melawan Inggris di Surabaya. Dalam aksinya, mereka mengibarkan bendera Kebangsaan Tiongkok.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Insiden Hotel Yamato, Pemicu Aksi 10 November 1945

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com