Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diduga Rencanakan Rusuh, Dosen IPB Bergerak Sendiri atau Suruhan?

Kompas.com - 30/09/2019, 18:53 WIB
Christoforus Ristianto,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Abdul Basith, dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) yang ditangkap karena merencanakan kerusuhan pada Aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI di Jakarta, Sabtu (28/9/2019), belum diketahui apakah terafiliasi dengan kelompok teroris atau tidak.

Hal itu diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen (Pol) Suhardi Alius saat ditemui saat acara rapat koordinasi pelaksanaan penanggulangan teroris di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (30/9/2019).

"Dia itu bergerak atas nama pribadi atau atas nama institusi (kelompok), nah itu sedang dicari tahu," ujar Suhardi.

Baca juga: Simpan 28 Bom Molotov, Ini Profil Dosen IPB Abdul Basith

Mengenai ada tenaga pendidik yang menjadi salah satu perancang rusuh, Suhardi menegaskan, BNPT sudah sering mensosialisasikan program penanggulangan terorisme kepada mahasiswa, dosen hingga rektor.

"Kan kita sudah masuk ke perguruan tinggi, bahkan seluruh rektor perguruan tinggi baik swasta maupun negeri. Kita berikan pengenalan terkait bahaya terorisme dan sebagainya, termasuk kepada dosen," kata Suhardi.

Ketika ditanya soal sisi kelemahan dari deradikalisasi di perguruan tinggi di IPB, Suhardi menyatakan pihaknya akan melakukan pemeriksaan, apakah Abdul Basith digerakkan oleh sivitas akademika atau kelompok tertentu di luar itu.

Diberitakan, tim Jatanras Polda Metro Jaya meringkus Basith di kediamannya di Tangerang, Sabtu (28/9/2019).

Ia ditangkap bersamaan dengan penangkapan lima orang lain, yakni SG, YF, AU, OS dan SS, di Jalan Maulana Hasanudin, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Sabtu dini hari.

Penangkapan tersebut terkait dugaan rencana kerusuhan di tengah Aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI di Jakarta pada hari yang sama, pagi sampai sore.

Baca juga: Polisi Periksa Beberapa Orang Terkait Penangkapan Dosen IPB

Tim Jatanras turut menyita 29 bahan peledak jenis bom molotov dari kediaman Basith. Berdasarkan keterangan, AB sendiri yang membuat bahan peledak dan menyimpan bom tersebut.

Pihak IPB terkejut dengan ditangkapnya Basith atas kasus perencanaan rusuh di Ibu Kota. Kepala Biro Humas IPB Yatri Indah Kusumastuti menegaskan, apa yang dilakukan Basith tidak ada sangkut pautnya dengan IPB.

"Dugaan aktivitas yang dilakukan (Basith) tidak ada kaitannya dengan tugas yang bersangkutan sebagai dosen IPB dan menjadi tanggung jawab penuh yang bersangkutan sebagai pribadi," ujar dia dalam siaran pers yang diterima Kompas.com. 

 

Kompas TV Institut Pertanian Bogor membenarkan dosen yang ditangkap merupakan Abdul Basith yang telah 25 tahun menjadi dosen di IPB. Abdul Basith merupakan dosen departemen manajemen di fakultas ekonomi dan manajemen. Selain dosen, dia juga merupakan motivator untuk mahasiswa, dosen, ataupun pihak di luar kampus. Saat ini pihak IPB masih menunggu proses hukum dari pihak kepolisian untuk menentukan langkah selanjutnya. Lebih lengkap terkait dengan aktivitas abdul basith di Institute Pertanian Bogor, kita berbincang dengan Kepala Biro Komunikasi IPB, Yatri Indah Kusumastuti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Nasional
MK Jadwalkan Putusan 'Dismissal' Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

MK Jadwalkan Putusan "Dismissal" Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

Nasional
Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com