Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perolehan Suara Jokowi-Ma'ruf Lebih Besar dari 2014, Kontrol Publik Semakin Ketat

Kompas.com - 30/06/2019, 15:45 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasangan capres cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul atas paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019. Hasil tersebut yang kemudian ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Hari ini, Minggu (30/6/2019) sore, KPU akan mengumumkan Jokowi-Ma'ruf sebagai presiden dan wakil presiden terpilih 2019-2024.

Mengingat lagi ke belakang, ini adalah kemenangan kedua Jokowi pada pemilihan presiden. Kemenangan Jokowi tahun 2019 kali ini terasa berbeda. Hal ilni karena ada peningkatan dukungan yang diraih dibandingkan yang diraih Jokowi-Jusuf Kalla pada 2024.

Pada Pilpres 2019, Jokowi-Ma'ruf unggul sebanyak 85.607.362 atau 55,50 persen. Sedangkan pada Pilpres 2014, Jokowi-Kalla unggul dengan 70.997.85 suara atau 53,15 persen.

Baca juga: Prabowo Tak Akan Hadir dalam Penetapan Presiden dan Wakil Presiden Terpilih

Namun demikian, jumlah suara yang diraih Prabowo juga meningkat tahun ini jika dibandingkan dengan Pilpres 2014 saat berpasangan dengan Hatta Rajasa.

Prabowo-Sandi mendapat 68.650.239 suara atau 44,50 persen. Sementara Prabowo-Hatta meraih 62.576.444 suara atau 46,85 persen.

Kenaikan suara yang mendukung Jokowi dan Prabowo ini tak lepas dari meningkatnya tingkat partisipasi pemilih. Pada tahun 2019, tingkat partisipasi pemilih dalam pilpres mencapai 81 persen. Jumlah ini meningkat cukup tinggi dibandingkan pada pilpres 2014 yang tingkat partisipasinya mencapai 70 persen.

Selisih suara di antara kedua paslon pada Pilpres 2019 meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan Pilpres 2014.

Baca juga: Pasca-Putusan MK, Ini 5 Fakta dan Tanggapan TKN Jokowi-Maruf

Pada Pilpres 2014, selisih suara sebanyak 8.421.389. Sedangkan selisih suara Pilpres 2019 mencapai 16.957.123.

Menurut Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengatakan besarnya jumlah pemilih dan angka partisipasi pemilih ini akan berakibat pada semakin ketatnya kontrol publik kepada pemerintahan.

Oleh karena itu, tantangan pemerintahan Jokowi ke depan adalah membangun kinerja pemerintahan yang inklusif di tengah polarisasi masyarakat yang sangat tajam.

"Jokowi pasti akan banyak hadapi kritik di tengah dukungan yang kuat. Karena itu penting untuk betul-betul fokus pada pemerintahan yang berorientasi pada pemenuhan janji-janji politik kampanye agar polarisasi bisa diredam dengan terukur," ujar Titi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Nasional
Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com