Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Catatan Bagi Pemerintah untuk Cegah Korupsi Sektor Pendidikan

Kompas.com - 24/03/2019, 15:41 WIB
Abba Gabrillin,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia Corruption Watch (ICW) dan guru-guru peserta Sekolah Antikorupsi (SAKTI) menyampaikan catatan bagi pemerintah untuk mencegah korupsi di sektor pendidikan.

Setidaknya ada 7 catatan yang perlu diperhatikan pemerintah dan calon pemimpin pemerintahan di masa mendatang.

Baca juga: Tak Bicarakan Korupsi Pendidikan dalam Debat, Capres dan Cawapres Dikritik

Pertama, pemerintah melalui kementerian terkait perlu segera membenahi sistem yang rawan disalahgunakan oleh aparatur sipil negara yang menangani pendidikan.

"Korupsi harus diantisipasi sejak dini, karena ini merupakan proses yang panjang," ujar Agustinus Tampubolon, salah satu guru peserta SAKTI dalam jumpa pers di Kantor Indonesia Corruption Watch (ICW) Kalibata, Jakarta, Minggu (24/3/2019).

Baca juga: Cegah Korupsi, Kementerian PUPR Bentuk BP2JK di 34 Provinsi

Hal kedua adalah mengoptimalkan penggunaan e-budgeting, atau sistem penyusunan anggaran berbasis elektronik. Pemanfaatan e-budgeting mulai dari hulu hingga hilir antara pusat dan daerah.

Berikutnya yakni, perbaikan tata kelola penempatan guru. Kemudian, yang keempat, memenuhi sarana dan prasarana pendidikan tidak hanya di perkotaan, tetapi juga di desa-desa.

Kemudian, hal berikutnya adalah memberikan kesejahteraan bagi guru honorer.

Baca juga: Mengenal Lembaga Anti-Korupsi seperti KPK di 8 Negara

"Keenam, mendorong pengawasan publik terhadap anggaran pendidikan. Masyarakat perlu tahu anggaran ke mana dan digunakan untuk apa," kata Agus.

Terakhir, pemerintah diminta memberikan penguatan nilai antikorupsi di pendidikan dasar dan tinggi. Gunanya agar internalisasi antikorupsi berjalan dengan baik.

Kompas TV Dugaan suap dari pihak kontraktor swasta disebut KPKsebagai modus operasi tangkap tangan terhadap direktur dan pegawai PT Krakatau Steel ini. Bagaimana perkembangan tangkap tangan ini dan seperti apa karut-marut korupsi Kementerian BUMN? KompasTV akan membahasnya bersama peneliti ICW Firdaus Ilyas dan melalui sambungan telepon juru bicara KPK Febry Diansyah. #KPK #OTTKPK #KrakatauSteel
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com