JAKARTA, KOMPAS.com - Penelitian yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menunjukkan, pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin paling dirugikan, jika kalangan minoritas dan wong cilik banyak yang tidak menggunakan hak suara (golput).
"Capres dan cawapres nomor urut 02 dirugikan, karena margin kemenangannya lebih besar di segmen wong cilik dan minoritas," ujar peneliti LSI Ikrama Masloman dalam jumpa pers di Kantor LSI, Jakarta, Selasa (19/3/2019).
Menurut Ikram, di kalangan minoritas, Jokowi-Ma'ruf memiliki keunggulan suara dengan selisih 68,7 persen di atas pasangan capres dan cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Baca juga: Survei LSI Denny JA: Jokowi-Maruf Unggul Suara di Kalangan Milenial
Setidaknya, ada dua alasan mengapa golput bisa saja terjadi pada pemilih minoritas. Pertama, pemilih tidak berada di hari pencoblosan, karena waktunya berdekatan dengan libur nasional Wafat Isa Almasih.
Selain itu, pemilih minoritas bisa saja merasa tidak aman dan memilih ke luar negeri.
Begitu juga jika kalangan wong cilik banyak yang memilih golput. Menurut survei LSI, Jokowi-Ma'ruf memiliki margin kemenangan sebesar 36,3 persen.
Hasil survei menunjukkan tiga alasan terjadinya golput di kalangan wong cilik. Pertama, pemilih yang tidak terbiasa menggunakan teknologi dan media massa, tidak mendapat informasi mengenai hari pemilihan.
Kedua, pemilih wong cilik merasa rugi jika harus melepaskan upah harian demi mendatangi tempat pemungutan suara. Ketiga, tidak dapat menggunakan hak suara karena masalah administrasi.
LSI melakukan survei pada 18-25 Februari 2019. Penelitian ini menggunakan metode multistage random sampling, dengan melibatkan 1.200 responden.
Baca juga: Survei LSI, Jokowi-Maruf Unggul di Kalangan Emak-emak
Dari jumlah tersebut, terdapat 12,2 persen responden dari kalangan minoritas. Kemudian, 49,8 persen responden wong cilik.
Proses pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka dan menggunakan kuesioner. Adapun, margin of error dalam penelitian ini lebih kurang 2,9 persen.
Peneliti menggunakan dana corporate social responsibility (CSR) internal dalam penelitian. Adapun, sumber dana tersebut berasal dari keuntungan jasa konsultan yang dilakukan di bidang politik.