Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Kehilangan Momentum Debat...

Kompas.com - 15/03/2019, 09:01 WIB
Jessi Carina,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Debat pertama dan kedua dirasa belum memunculkan perdebatan yang seru. Calon presiden penantang, Prabowo Subianto seharusnya menjadi sosok yang menentukan sebuah debat berjalan dinamis dan intens.

Sebab sebagai penantang, Prabowo memiliki banyak peluru untuk menyerang Jokowi. Namun Prabowo dinilai tidak memberikan serangan berarti kepada calon presiden petahana Joko Widodo.

Hal ini disampaikan oleh pengamat politik dari CSIC, Arya Fernandes. Menurut dia, momentum pada debat pertama dan kedua kurang dimanfaatkan dengan baik.

"Saya tidak tahu apakah peluru itu akan disiapkan pada last minute, pada debat keempat dan kelima. Tetapi kita sekarang tak melihat dengan baik, bagaimana terjadi penghilangan gagasan di debat itu, karena orang berdebat tentu ada perdebatan, kita tak melihat ada perdebatan itu," ujar Arya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (14/3/2019).

Baca juga: Massa Pendukung yang Tak Tertib Bisa Dikeluarkan dari Ruangan Debat

Padahal, debat menjadi salah satu tahapan penting dalam Pilpres. Masa kampanye kali ini begitu panjang tetapi perdebatan mengenai inovasi tidak banyak muncul. Debat menjadi salah satu wadah penting untuk mengampanyekan inovasi dan gagasan itu.

Orang-orang jadi menunggu waktu debat. Siapakah kandidat yang bisa menghadirkan inovasi baru untuk mereka.

Arya juga mengajak masyarakat mengingat apa yang terjadi pada elektabilitas dua pasang calon saat ini. Semuanya dalam posisi ketidakpastian. Pasangan Jokowi-Ma'ruf belum dipastikan mampu menembus elektabilitas 60 persen sedangkan Prabowo-Sandiaga belum pasti mendekat suara Jokowi-Ma'ruf.

"Nah di tengah ketidakpastian ini kita menunggu sebenarnya. Momen debat ini harus dimanfaatkan oleh kedua kandidat untuk benar-benar mencuri pemilih," ujar Arya.

Debat untuk tingkatkan elektabilitas

Sudah waktunya bagi tim sukses untuk serius melihat debat sebagai strategi mendongkrak elektabilitas. Arya menyebut alasannya karena ada gejala orang tidak tertarik lagi ikut kampanye terbuka. Biaya kampanye terbuka pun begitu mahal.

Bandingkan dengan debat di televisi yang memiliki jangkauan lebih luas. Sayangnya, dua debat terakhir tidak mampu menaikan elektabilitas pasangan calon secara signifikan.

Arya berpendapat penyebabnya adalah minim inovasi tadi. Padahal inovasi dibutuhkan untuk meyakinkan pemilih khususnya undecided voters.

"Kan yang belum memutuskan ini kan ada sekifar 15-20 persen. Ini mereka tidak terafiliasi dengan kandidat, bukan loyal voters dan mereka ini yang butuh kebaruan, gagasan baru," kata Arya.

Jangan sia-siakan

Atas pertimbangan itu semua, Arya mengatakan penting bagi kandidat untuk betul-betul memanfaatkan debat ketiga.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com