Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut KPU, Saat Ini Ada Upaya Menjatuhkan Kepercayaan Penyelenggara Pemilu

Kompas.com - 11/03/2019, 16:58 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com -- Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wahyu Setiawan mengatakan, saat ini sedang ada upaya untuk mendelegitimasi proses pemilihan umum sekaligus mendelegitimasi lembaga penyelenggaranya oleh pihak tidak bertanggung jawab.

"Kami melihat ada upaya yang masif dan sistematis untuk mendelegitimasi pemilu dan itu dimulainya dengan mendelegitimasi penyelenggara pemilunya," ujar Wahyu dalam acara diskusi di Kantor Kemenkominfo, Jakarta, Senin (11/3/2019).

Isu miring yang bertubi-tubi menyerang KPU dan Bawaslu beberapa waktu belakangan ini adalah indikasinya.

Isu miring pertama, yakni kabar ditemukannya tujuh kontainer berisi surat suara tercoblos untuk pasangan capres cawapres nomor urut 01 di Pelabuhan Tanjung Priok. Kontainer itu dikabarkan berasal dari China.

"Dan ujung-ujungnya sudah dipastikan 100 persen hoaks. Tapi oleh sebagian masyarakat, berita hoaks itu dipercaya kebenarannya," ujar Wahyu.

Baca juga: KPU Minta Publik Tak Sebarkan Informasi yang Simpang Siur Terkait Pemilu

Isu miring kedua, yakni tuduhan ketidaknetralan KPU terkait cuti bagi calon presiden berstatus petahana. Padahal, KPU sudah menjelaskan berkali-kali dasar peraturan mengenai cuti capres petahana. Namun, tetap saja KPU dituduh memihak salah satu pasangan calon.

Isu miring lainnya, antara lain kabar KPU mengakomodasi pemilih gila, KPU memperbolehkan Aparatur Sipil Negara (ASN) berkampanye hingga KPU yang dituding tak berdaya terhadap kekuatan asing yang turut mencampuri proses pemilu di Indonesia.

Wahyu cukup heran dengan terpaan isu miring ini. Sebab, ia merasa KPU sudah bekerja berdasar pada peraturan perundangan yang ada.

"Sekarang gini, tunjukkan KPU tidak netralnya di bagian apa? Kan ada yang sering bilang KPU itu tidak netral, KPU tidak netral. Karena setiap tahapan itu, kita selalu bersikap profesional dan independen," ujar Wahyu.

Meski demikian, KPU patut bersyukur. Berdasarkan hasil survei beberapa lembaga, kepecayaan masyarakat terhadap independensi dan integritas lembaga KPU masih tinggi.

"Berdasarkan hasil survei lembaga eksternal, kepercayaan masyarakat kepada KPU masih tinggi, yaitu 80 persen. Sudah tergerus hoaks saja masih 80 persen kan? Apalagi jika tidak ada hoaks ya," ujar Wahyu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih Berkat Doa PKS Sahabat Kami

Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih Berkat Doa PKS Sahabat Kami

Nasional
Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Nasional
Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Nasional
KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

Nasional
Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Nasional
Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi 'Doorstop' Media...

Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi "Doorstop" Media...

Nasional
Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Nasional
Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Nasional
Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Nasional
Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Nasional
Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Nasional
Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Nasional
Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com