KOMPAS.com - Ketika Soekarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan, Indonesia secara tak langsung sudah bisa dianggap sebagai bangsa yang bebas dan berdauluat.
Keberadaan militer Indonesia yang sudah ada menjadi garda terdepan untuk menjaga status itu tetap melekat pada bangsa ini. TNI yang terdiri dari tiga matra, yaitu darat, laut dan udara memiliki pasukan dan tugas masing-masing sesuai matranya.
Khusus TNI Angkatan Darat (AD), mereka memulai langkahnya untuk menjaga kedaulatan negara dengan membangun pos-pos penting tiap-tiap daerah.
Dilansir dari Kostrad.mil.id, pada 1958 sebenarnya sudah terbentuk Komando Daerah Militer (Kodam) yang berada di setiap provinsi untuk memperkuat sistem koordinasi.
Namun ketika itu militer masih bersifat teritorial dengan kemampuan terbatas yang terdiri dari Kodam, Korem, Brigade dan Batalion.
Muncul keinginan dari pimpinan TNI AD untuk membentuk satuan militer yang bersifat mobil dan berkemampuan siap tempur. Kondisi saat itu ditambah dengan menanggapi masalah Irian Barat.
Melalui surat Kasad Nomor KPTS.1067/12/1960 maka dibentuk Cadangan Umum AD (Caduad).
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: BKR Laut Dibentuk, Cikal Bakal TNI AL
Satuan militer ini awalnya terdiri Brigade-3/Para dengan bagian di dalamnya terdiri atas Yonif 330/Para Kodam VI/Siliwangi, Yonif 454/Banteng Raiders Kodam VII/Diponegoro, dan Yonif 530/Para Kodam VIII/Brawijaya.
Menanggapi surat keputusan Kasad, akhirnya pada 6 Maret 1961 ditetapkan sebagai hari lahirnya Cadangan Umum Angkatan Darat (Caduad). Ketika itu Mayjen TNI Soeharto ditunjuk menjadi Panglima Korra I Caduad.
Caduad kelak berubah menjadi Komando Strategis Angkatan Darat atau Kostrad.
Polemik Irian Barat menjadi masalah baru bagi Pemerintah Indonesia. Pembebasan dilakukan oleh pemerintah, baik melalui militer maupun diplomasi khusus.
Kondisi ini memanggil Caduad yang baru saja dibentuk untuk melakukan aksinya di lapangan. Menindaklanjuti tugas penting ini, maka pada awal 1962 dibentuklah Komando Mandala dengan markas besarnya di Ujung Pandang, sekarang Makassar.
Dilansir dari Harian Kompas yang terbit pada 26 Desember 1996, dari korps Tentara 1 Caduad, maka Brigade-3/Para mulai diterjunkan langsung di daerah Operasi Jayawijaya.
Misi Operasi Jayawijaya untuk membebaskan Irian Barat dari tangan penjajah Belanda dengan mengadakan perang terbuka jika perundingan perdamaian dengan Belanda di New York mengalami kegagalan.
Namun, akhirnya Irian Barat telah bisa kembali ke pangkuan RI melalui jalur diplomasi. Tugas ini pun berhasil dituntaskan pada 1 Mei 1963. Tak heran, nama Caduad semakin populer bersamaan dengan selesainya pembebasan Irian Barat.