Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politisi PDI-P: Prabowo Makin Kedodoran

Kompas.com - 06/03/2019, 09:37 WIB
Ihsanuddin,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi PDI Perjuangan Charles Honoris gembira dengan hasil survei terakhir Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang menunjukkan selisih elektabilitas Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno makin menjauh.

"Penantang yang sudah sejak awal tertinggal sekitar 20 persen bukannya mempersempit ketertinggalannya, malah semakin kedodoran," kata Charles dalam keterangan tertulisnya, Selasa (5/3/2019).

Survei LSI pada Februari 2019 menunjukkan, sebanyak 58,7 persen responden memilih Jokowi-Ma'ruf.

Baca juga: Survei LSI: Elektabilitas Jokowi-Maruf 58,7 Persen, Prabowo-Sandiaga 30,9 Persen

Sementara 30,9 persen responden memilih Prabowo-Sandiaga. Kedua Paslon terpaut selisih elektabilitas sekitar 28 persen menjelang 1,5 bulan jelang pencoblosan.

"Ibarat pertandingan sepak bola, Jokowi-Ma'ruf sudah unggul 3-0, namun waktu pertandingan tinggal tersisa 15 menit lagi. Siapa yang tidak grogi dan panik dalam kondisi ketertinggalan seperti ini?" kata Charles.

Anggota Komisi I DPR ini menilai, penampilan Jokowi dalam debat pilpres kedua mempunyai pengaruh signifikan bagi peningkatan elektabilitas.

Apalagi, survei LSI dilakukan setelah debat, yakni pada 18-25 Februari.

Baca juga: Survei LSI: Pemilih Muslim yang Ingin Indonesia Seperti Timur Tengah, Mayoritas Pilih Prabowo

"Penampilan jempolan Pak Jokowi dalam Debat Capres kedua 17 Februari 2019 sangat berpengaruh dan memberi kontribusi besar dalam memperbesar jarak elektabilitas. Sebaliknya, sejumlah blunder Prabowo dalam debat kedua membuat jurang elektabilitas semakin lebar," kata dia.

Selain itu, menurut Charles, publik juga menyadari blunder tidak hanya dilakukan oleh Prabowo, tetapi juga oleh relawan 02, PEPES, yang kedapatan melakukan fitnah terhadap paslon 01.

Dia menyinggung soal aksi ibu-ibu yang mendatangi rumah-rumah di Karawang dan menyebut tak ada lagi azan jika Jokowi-Ma'ruf terpilih.

Baca juga: Elektabilitas Terbaru Jokowi-Maruf dan Prabowo-Sandiaga Menurut 4 Lembaga Survei

"Namun, kita bersyukur publik sudah cerdas dan tidak terpengaruh kampanye hitam tersebut. Sebaliknya, masyarakat justru antipati terhadap cara-cara hitam seperti itu, sehingga stagnansi elektabilitas paslon 02 ini seperti ‘hukuman’ dari publik yang mendambakan kampanye damai dan beradab," ucap Charles.

Pada waktu-waktu hari pencoblosan yang semakin dekat ini, Charles berharap semua pihak hendaknya tetap mengedepankan cara-cara bermartabat.

Rakyat tidak boleh dikorbankan hanya karena nafsu berkuasa segelintir elite yang tidak kesampaian.

"Sebaliknya rakyat sebagai pemberi mandat harus menjadi pemenang dari proses demokrasi ini," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com