JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil presiden nomor urut 01, Ma'ruf Amin, mengajak para pendakwah muda Nahdlatul Ulama (NU) untuk menyiarkan ajaran Islam dengan benar yang berlandaskan pemahaman kebangsaan. Tugas tersebut bisa dilakukan melalui ceramah, tulisan, bahkan media sosial.
"Kita harus merumuskan bagaimana Islam yang benar dan lurus dengan pemahaman kebangsaan. Jadi, kalau ada kelompok yang bertentangan, ini tugas para pendakwah, baik lewat ceramah, tulisan, dan media sosial," ujar Ma'ruf dalam acara rapat koordinasi nasional Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) yang bertajuk "Penguatan Dakwah Ahlussunah Wal Jama'ah An Nahdiyah di Era Milenial" di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (28/1/2019).
Pendakwah muda NU, tambahnya, memiliki peran yang strategis dan penting dalam menjaga ajaran Islam dan kebangsaan.
Baca juga: Tidak Ingin Jokowi Kalah di Kalsel seperti 2014, Ini Strategi Maruf Amin
Dewan penasihat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini juga mengungkapkan, sumbangan pendakwah muda sangat besar untuk menjaga persaudaraan masyarakat Indonesia di tengah perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan.
"Meskipun kita berbeda-beda, tapi kita punya Pancasila sehingga sampai hari ini masih berjalan dengan damai. Nah, tugas NU itu salah satunya menjaga kerukunan yang sudah dibentuk," ungkapnya kemudian.
Dia menilai, melalui dakwah, NU bisa bergerak secara efektif dalam menghadapi kelompok-kelompok yang radikal dan intoleran. Kelompok tersebut biasanya salah dalam memahami ajaran Islam dan kebangsaan.
"Dalam berdakwah, penting bagi kita menyampaikan hal yang benar kepada masyarakat. Soalnya, saat ini kita mudah terprovokasi sehingga terjadi konflik di masyarakat," imbuh Ma'ruf.
Baca juga: Maruf Amin Instruksikan Serangan Darat di Jawa Timur
"Pendakwah muda NU harus meluruskan ajaran yang tidak tepat dalam rangka menjaga Islam dan mengamalkan Pancasila, termasuk menangkal hoaks sebagai sumber pertikaian," sambungnya.
Apalagi, lanjut Ma'ruf, intoleransi dan radikalisme yang berkembang saat ini sudah disebarkan lewat instrumen politik.
"Intoleransi sekarang bukan hanya melalui dakwah, tapi sudah menggunakan instrumen politik untuk memenangkan gerakan-gerakan radikal di Indonesia. Ini yang harus dihadapi dan NU harus muncul di depan," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.