JAKARTA, KOMPAS.com - Pelayanan kesehatan terhadap anak dan perempuan di Provinsi Papua mesti ditingkatkan, khususnya di distrik-distrik yang terpencil.
Sebab, berdasarkan riset Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (LIPTEK) Papua yang diketuai oleh Marlina Flassy, rupanya meskipun infrastruktur pelayanan kesehatan sudah terbangun, namun kualitas tenaga kesehatan belum optimal.
"Ada posyandu dan puskesmas di distrik, tapi tenaga kesehatannya tidak ada, bagaimana?" ujar Marlina saat memaparkan risetnya di Hotel Alila, Jakarta, Jumat (14/12/2018).
Kondisi ini ditemukan di dua daerah, yakni Kabupaten Nabire dan Kota Jayapura. Di Kabupaten Nabire, kasus itu terjadi di Distrik Nabire, tepatnya di Kelurahan Kalibobo dan Kelurahan Tanjun Karang Tumaritis serta Distrik Napan, tepatnya di Kampung Napan dan Kampung Mosa.
Baca juga: Menurut Riset, Ini Pemicu Kekerasan terhadap Perempuan di Papua
Sementara di Kota Jayapura, kasus seperti itu ditemukan di Distrik Jayapura Selatan dan Distrik Muara Tami.
Memang, ketiadaan tenaga kesehatan posyandu dan puskesmas bukanlah permanen, melainkan waktu -waktu tertentu saja. Namun tetap saja, hanya sedikit waktu para tenaga kesehatan itu beraktivitas di posyandu dan puskesmas.
"Persoalan di sana itu, mereka (tenaga kesehatan) turun di Jayapura terlalu lama. Turun dalam bahasa Papua itu artinya mereka tinggal di Jayapura-nya itu terlalu lama, bukan di distrik-distrik sendiri," ujar Marlina.
Jika pun ada, jumlah tenaga kesehatan pun sangat terbatas, yakni hanya dua orang. Jumlah itu tentunya tidak sebanding dengan jumlah masyarakat yang berada di sebuah distrik.
Baca juga: Binmas Noken Sebut KKB Mendoktrin Anak-anak di Papua
"Jadi kalau dua-duanya itu turun ke Jayapura, ya sudah, selamat tinggal pelayanan kesehatan kepada masyarakat kampung," ujar Marlina.
Maka tak heran apabila masyarakat Papua, khususnya yang tinggal di daerah pelosok, mengalami sakit, jalur yang ditempuh bukanlah jalur medis, melainkan tradisional.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) Yohana Yembise berkomitmen untuk menindaklanjuti temuan hasil riset tersebut.
"Temuan-temuan ini bisa dipakai untuk acuan agar kita bisa masuk membangun tanah Papua. Jadi kita ukan hanya pergi ke sana masuk langsung membawa bantuan dan menyerahkannya saja tanpa melihat kondisi di segala bidang tadi. Penelitian ini cukup membantu kami," ujar Yohana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.