Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Dalami Asal Usul Senjata Pelaku Penembakan Tukang Gigi di Sampang

Kompas.com - 29/11/2018, 14:26 WIB
Reza Jurnaliston,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan, pihaknya sedang mendalami asal usul senjata api yang digunakan pelaku dalam kasus pembunuhan di Sampang, Jawa Timur.

“Senpinya itu senpi rakitan. Sama amunisinya juga sedang didalami dari penyidik Polres Sampang,” kata Dedi di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (29/11/2018).

Dalam aksi pembunuhan pada Rabu (21/11/2018), seorang tukang gigi bernama Subaidi tewas ditembak oleh Andika.

Baca juga: Ini Penampakan Pistol yang Dipakai Menembak Tukang Gigi hingga Tewas di Sampang

Menurut Dedi, pembunuhan itu dilandasi motif penghinaan secara tendensius di Facebook berupa video soal aksi saling menantang terkait pilpres.

“Itu hanya menyangkut masalah personal saja, karena tersinggung dan teragitasi ‘Kalau kamu mau merasakan pedang saya, ya silahkan saja’. Didatengin, bawa pedang, sudah mau face to face,” tutur Dedi.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (19/11/2018).KOMPAS.com/Reza Jurnaliston Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (19/11/2018).

Ia pun menyayangkan adanya video tersebut. Dedi menuturkan, penyebaran video yang berisi ajakan duel kepada seseorang secara terbuka telah melanggar hukum.

“Ya kita prihatin lah, masyarakat seharusnya bijak. Tantangan secara lisan, apalagi disampaikan diviralkan di medsos itu pelanggaran hukum,” ujar Dedi.

Baca juga: Polisi Dalami Motif Penembakan Tukang Gigi di Sampang

Meski begitu, terkait penyebaran video itu, Dedi menyebut, merupakan delik aduan. Artinya harus ada yang melapor ke pihak Kepolisian.

“Harus ada yang melaporkan bila merasa terancam akibat tindakan ancaman seseorang, bisa dipidanakan,” kata Dedi.

Diberitakan sebelumnya, aksi saling menantang terkait pilpres di media sosial Facebook berujung duel di Kabupaten Sampang, Jawa Timur.

Baca juga: 4 Fakta Penembakan Mobil Sriwijaya Air di Tangerang

Subaidi, tukang gigi, tewas setelah tubuhnya ditembus peluru panas dengan pistol rakitan Andika, pelaku.

Pada Rabu (21/11/2018) siang, korban warga Desa Tamberu Timur, Kecamatan Sokobanah, Kabupaten Sampang, batal mendatangi pasiennya di Desa Sukobanah Laok.

Di tengah jalan, dia bertemu pelaku, pria pemilik akun Facebook yang menantang guru korban lewat komentar di status Facebook.

Keduanya pun terlibat duel. Korban membawa senjata tajam dan pelaku membawa pistol rakitan.

Baca juga: Pelaku Penembakan Kejar Sopir Mobil Sriwijaya Air Hingga ke Dalam Tol

Akhir cerita, pelaku menembak dada korban hingga tembus ke punggung. Korban pun tewas.

"Dalam hitungan jam, Polres Sampang berhasil membekuk pelaku," kata Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung Mangera, Sabtu (24/11/2018).

Sebelumnya, guru korban sempat mengunggah foto dengan memegang senjata tajam. Foto tersebut dilengkapi status yang menantang pendukung salah satu calon presiden.

Kemudian status guru korban dibalas oleh akun Facebook atas nama Idris Afandi Afandi yang diduga milik pelaku dengan komentar bernada siap menghadapi tantangan itu.

Kompas TV Motif pembunuhan seorang perawat gigi di Kabupaten Sampang, Jawa Timur terungkap. Korban diduga ditembak hingga tewas karena masalah status soal Pilpres 2019 di media sosial. Pelaku penembakan ditangkap Tim Reskrim Polres Sampang, Jawa Timur di kediamannya di Kecamatan Sokobanah, Sampang, Jawa Timur. Kepada polisi pelaku mengaku kesal dengan unggahan korban yang juga anggota panitia pemungutan suara atau PPS soal Pilpres 2019. Dari tangan pelaku polisi menyita pistol rakitan yang digunakan untuk menembak korban. Polisi juga menyita sepeda motor yang digunakan korban saat bertemu dengan pelaku.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sadar PTUN Tak Bisa Batalkan Putusan MK, PDI-P: Tapi MPR Punya Sikap untuk Tidak Melantik Prabowo

Sadar PTUN Tak Bisa Batalkan Putusan MK, PDI-P: Tapi MPR Punya Sikap untuk Tidak Melantik Prabowo

Nasional
Surya Paloh Sungkan Minta Jatah Menteri meski Bersahabat dengan Prabowo

Surya Paloh Sungkan Minta Jatah Menteri meski Bersahabat dengan Prabowo

Nasional
Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Nasional
Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Nasional
KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

Nasional
Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Nasional
Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Nasional
Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Nasional
Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Nasional
Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Nasional
Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Nasional
Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Nasional
Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Nasional
Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Nasional
Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com