Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalah di Bogor pada Pilpres 2014, Jokowi Sebut karena Isu Ini

Kompas.com - 27/11/2018, 20:10 WIB
Ihsanuddin,
Krisiandi

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo mengakui ia kalah di Bogor pada pemilihan presiden 2014.

Di kabupaten Bogor, Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla hanya meraih 852.888 suara atau 34.27 persen. Sementara pesaingnya, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa meraih 1.636.134 suara atau 63.73 persen.

Sementara di Kota Bogor, Jokowi-JK mendapatkan suara 210.578 atau 38,23 persen. Adapun Prabowo-Hatta mendulang suara sah sebesar 340.286 atau 61,77 persen.

"Kenapa 2014 saya kalah? Karena isu-isu," kata Jokowi saat bertemu dengan relawan Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) di kawasan Sentul, Bogor, Selasa (27/11/2018).

Baca juga: Jokowi Ingin Tabok Pihak yang Menudingnya PKI

Jokowi mengatakan, isu pertama yang kerap menyerangnya saat pilpres 2014 lalu adalah bahwa ia anggota Partai Komunis Indonesia.

Menurut dia, isu ini masih kerap dimainkan lawan politik sampai hari ini.

Mantan gubernur DKI ini mengatakan, isu itu tidak masuk logika. Sebab PKI dinyatakan sebagai organisasi terlarang pada tahun 1965/1966.

Sementara, Jokowi lahir tahun 1961. Artinya, saat PKI dibubarkan, Jokowi baru berusia 4 tahun.

"Mana ada anggota PKI balita," kata Jokowi yang disambut tawa para relawan.

Selain itu, ia juga mengaku diserang isu bahwa dirinya merupakan antek asing. Isu ini juga masih kerap muncul hingga saat ini.

Baca juga: Jokowi: Jawab Isu Antek Asing dengan Pengambilalihan Blok Mahakam hingga Divestasi Freeport!

Padahal, Jokowi menegaskan bahwa ia sudah berupaya mengambil alih blok rokan, blok chevron hingga Freeport yang selama ini dikuasai oleh asing.

"Kita memperjuangkan itu enggak mudah. Sangat sulit sekali. Kenapa enggak ada dukungan. Malah dibilang antek asing, enak saja," kata Jokowi.

Jokowi pun meminta pada relawannya di Bogor untuk bekerja dari pintu ke pintu menjelaskan kepada masyarakat mengenai kinerja pemerintah serta mengklarifikasi isu-isu yang tidak benar.

Kompas TV Presiden Joko Widodo menuding ada politikus yang senang mengompor-ngompori dan membuat panas situasi jelang Pilpres 2019. Tudingan ini menjadi bahan saling serang antara timses Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandiaga. Siapa yang dimaksud oleh Presiden Joko Widodo sebagai politisi yang sering membuat panas situasi politik belakang ini? Apa yang harus dilakukan untuk mendinginkan suasana agar masyarakat bisa menggunakan hak suaranya dengan riang gembira? Untuk membahasnya sudah hadir di studio Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Jerry Sambuaga dan Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi Gari Primananda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com