JAKARTA, KOMPAS.com - Menko Polhukam Wiranto menegaskan pemerintah tak akan kembali membangun perumahan terdampak gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah di zona rawan likuefaksi dan jalur patahan Palu Koro.
Pemerintah berkaca pada sejumlah kawasan perumahan yang hancur akibat dampak likuefaksi maupun patahan Palu Koro saat gempa dan tsunami terjadi.
"Jangan sampai masuk ke Palu Koro lagi atau tempat-tempat yang sangat labil. Ini membutuhkan satu persyaratan dan perencanaan yang lebih matang yang melibatkan lembaga terkait," kata dia usai rapat koordinasi khusus di Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (15/10/2018).
Untuk saat ini, kata Wiranto, pemerintah fokus pada pembangunan hunian sementara di wilayah terdampak bencana.
Baca juga: Jumlah Hunian Sementara untuk Korban Bencana Sulteng Diperkirakan Lebih dari 5000 Unit
Menurut dia, para pengungsi tak mungkin dibiarkan terlalu lama tinggal di tenda-tenda.
"Enggak mungkin di tenda terus karena menyangkut masalah kenyamanan, masalah kesehatan, lingkungan dan sebagainya. Pemerintah membuat hunian sementara. Dihuni oleh masyarakat yang bersifat sementara," kata Wiranto.
Menurut Wiranto, hunian sementara ini akan dibangun dengan material yang lebih layak. Setiap hunian sementara bisa menampung hingga 12 kepala keluarga
"Di mana nanti dilengkapi MCK (fasilitas mandi, cuci, kakus) dengan dapur dan fasilitas rumah tangga lainnya. Ini dihitung sementara ada sekitar 1.200 lokasi," kata dia.
Baca juga: Pakar Geoteknik UI Ungkap Cara Selamat dari Ancaman Likuefaksi
Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan saat ini rencana pembangunan perumahan masih dalam tahapan penyusunan rencana induk.
Saat ini, kata dia, tim ahli yang didatangkan dari Jepang sedang melakukan penelitian geologi demi menghindari zona rawan dan menemukan zona terbaik dalam pembangunan perumahan.
"Ini tidak bisa dibangun di tempat yang awal, yang lama. Tinggal nunggu tim Jepang yang di lapangan untuk penyelidikan geologinya. Timnya ada sudah di sana kemarin," kata Basuki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.