Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPR Akan Bentuk Tim Pengawasan Pemulihan Pascabencana di Sulteng

Kompas.com - 02/10/2018, 16:26 WIB
Kristian Erdianto,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pimpinan DPR mengusulkan pembentukan tim pengawas terkait upaya pemulihan situasi pasca-bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9/2018).

Usul pembentukan tim pengawas tersebut akan dibicarakan dan diputuskan dalam rapat pimpinan DPR.

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan, pembentukan timwas bertujuan untuk mempercepat proses pemulihan dan rehabilitasi bagi daerah-daerah yang terdampak bencana. Tidak hanya Sulawesi Tengah, melainkan juga proses pemulihan di Lombok, Nusa Tenggara Barat

Baca juga: Fakta Teluk Palu sebagai Daerah Reklamasi yang Dihantam Tsunami

"Kami di pimpinan juga sudah  berbicara dan akan mengadakan rapat pimpinam karena kami mengusulkan adanya tim pengawas DPR untuk mempercepat recovery dan rehabilitasi bagi daerah-daerah yang terkena musibah beberapa bulan belakangan ini," ujar Fahri saat membuka Sidang Paripurna Masa Sidang I Tahun 2018-2019 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (2/10/2018).

Menurut Fahri, pembentukan tim pengawas merupakan bagian dari upaya DPR untuk membantu pemerintah menangani situasi pasca-bencana.

"Tentunya kita juga bagian dari upaya membantu pemerintah di dalam mempercepat pelaksanaan penanganan bencana yang sedang kita alami," kata Fahri.

Secara terpisah, Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengatakan, pembentukan tim pengawas akan mempermudah DPR dalam melakukan pemantauan.

Tim pengawas terdiri dari enam orang pimpinan dan 24 anggota DPR dari seluruh fraksi yang ada.

"Ya kita akan bentuk timwas, usulan juga dari rapat pimpinan untuk percepatan, supaya DPR lebih mudah dalam proses pemantauannya," ujar Fadli saat ditemui seusai Sidang Paripurna.

Selain itu, lanjut Fadli, pembentukan tim pengawas juga bertujuan untuk mengawasi koordinasi antar instansi pemerintah dalam menangani situasi pasca bencana. Ia menilai koordinasi pemerintah dalam menangani bencana masih sanga kurang.

Baca juga: Satu Sore di Pantai Talise, Palu

"Bagaimana koordinasi di antara pemerintah. Kan di antara instansi pemerintah ini koordinasinya juga kurang. sangat buruk. apalagi ada pernyataan kemarin yang membingungkan masyarakat, diperbolehkan mengambil makanan dan minuman. saya kira ini benar-benar amatiran, pemerintah amatiran," kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu.

Sejak gempa bermagnitudo 7,4 mengguncang dan tsunami melanda Kota Palu dan Kabupaten Donggala, korban jiwa dan kerusakan terus bertambah.

Hingga Selasa (2/10/2018), tercatat 1.234 orang meninggal dunia dan 99 orang hilang. Selain itu, sebanyak 799 orang mengalami luka berat. Mereka tengah dirawat di rumah sakit.

Sementara, ada 59.450 jiwa pengungsi yang tersebar di 109 titik di kota Palu. Sedangkan pengungsi di Kabupaten Donggala, datanya belum dapat disampaikan.

Kompas TV Data ini diperoleh dari BNPB pada hari ini (2/10) pukul 13.00 WIB.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 23 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 23 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Nasional
Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Nasional
Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Nasional
Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Nasional
Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Nasional
Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Nasional
Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Nasional
Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Nasional
Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Nasional
Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Nasional
Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Nasional
Bawaslu Akui Kesulitan Awasi 'Serangan Fajar', Ini Sebabnya

Bawaslu Akui Kesulitan Awasi "Serangan Fajar", Ini Sebabnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com