Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setara Institute: Politisasi Agama dalam Pilkada 2018 Lewat Rekayasa Fakta

Kompas.com - 21/08/2018, 00:00 WIB
Devina Halim,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.comSetara Institute mencatat ada kenaikan pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan (KBB) jika membandingkan data pertengahan tahun 2018 dengan 2017.

Hingga pertengahan Juni 2017, terdapat 80 peristiwa dengan 99 tindakan pelanggaran KBB. Sementara itu, per Juni 2018, jumlahnya melonjak menjadi 109 peristiwa dengan 136 tindakan pelanggaran.

Direktur Setara Institute Halili mengatakan, penyumbang terbesar pada tahun 2018 adalah pemilihan kepala daerah (pilkada) yang mulai memanas pada Februari. Akibatnya, politisasi agama marak terjadi.

"Penggunaan agama sebagai instrumen politik, politik kekuasaan, dalam pilkada itu marak sejak Februari," ujar Halili di Kantor Setara Institute, Jakarta, Senin (20/8/2018).

Baca juga: Setara Institute: Pelanggaran Kebebasan Beragama Terbanyak Ada di Jakarta

Ia mencatat, politisasi agama yang banyak digunakan terbagi ke dalam dua bentuk, yaitu gerakan tidak memilih pemimpin yang tidak seagama dan kampanye hitam atau black campaign.

Cara memolitisasi agama pada pilkada kemarin adalah merekayasa fakta.

"Di pilkada yang dominan itu bukan kapitalisasi fakta, tapi merekayasa fakta, seakan-akan itu sebuah fakta padahal faktanya tidak ada," tutur Halili.

Baca juga: Kepentingan Elektoral Buat Kasus Pelanggaran Kebebasan Beragama Mangkrak

Ia memberikan contoh rekayasa dalam pilkada kemarin, misalnya status haji calon gubernur Sumatera Utara Djarot Saiful Hidayat yang diragukan kebenarannya atau Gubernur Jawa Barat terpilih Ridwan Kamil yang dikatakan pro terhadap LGBT.

Halili menyebutkan bahwa cara tersebut adalah bentuk baru dalam politisasi agama untuk menyerang peserta pilkada yang seagama.

"Itu merupakan pola baru dalam situasi, misalnya kontestan seagama, maka yang paling mungkin adalah membuat fakta-fakta itu," ujarnya.

Kompas TV Presiden telah memerintahkan pihak kepolisian untuk menindak tegas tindakan intoleran yang ada di Indonesia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com