Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Mata Fatmawati yang Jatuh Berkali-kali di Atas Sang Saka Merah Putih

Kompas.com - 17/08/2018, 16:26 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - “Berulang kali saya menumpahkan air mata di atas bendera yang sedang saya jahit itu,” kenang Fatmawati, istri Proklamator RI Soekarno.

Kenangan Fatmawati itu tercatat dalam buku berjudul "Berkibarlah Benderaku, Tradisi Pengibaran Bendera Pusaka" karya Bondan Winarno (2003).

Ungkapan tersebut dikarenakan Fatmawati sedang hamil tua dan sudah bulannya untuk melahirkan Guntur Soekarnoputra, putra sulung pasangan Bung Karno dan Fatmawati.

“Menjelang kelahiran Guntur, ketika usia kandungan telah mencukupi bulannya, saya paksakan diri menjahit bendera Merah Putih,” kata Fatmawati.

Baca juga: Bung Karno: Biar Adis Saja yang Mengibarkan Bendera...

Ia menghabiskan waktunya menjahit bendera besar itu di ruang makan dengan kondisi fisik yang cukup rentan.

“Jadi saya jahit berangsur-angsur dengan mesin jahit Singer yang dijalankan dengan tangan saja. Sebab dokter melarang saya menggunakan kaki untuk menggerakkan mesin jahit,” katanya.

Fatmawati baru menyelesaikan jahitan bendera Merah Putih itu dalam waktu dua hari.

Baca juga: Tim Nusa Terpilih Kibarkan Bendera Merah Putih di Istana, Ini Profilnya...

Bendera Merah Putih berukuran 2x3 meter yang akan dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, itu menjadi Bendera Pusaka hingga saat ini.

 

Awal Mula

Fatmawati menjahit Bendera Pusaka usai dirinya dan keluarga kembali dari pengasingan di Bengkulu dan tinggal di Jakarta.

Keberadaan Bendera Pusaka itu berawal dari rencana seorang perwira Jepang bernama Shimizu untuk memenuhi "janji kemerdekaan" dari Jepang bagi Indonesia.

Ia merupakan Kepala Bagian Propaganda Gunseikanbu atau pemerintah militer Jepang di Jawa dan Sumatera.

Baca juga: Laksamana Maeda: Nasib Saya Tidak Penting, yang Penting Kemerdekaan Indonesia

Shimizu memosisikan diri sebagai orang yang pro-Indonesia. Sikap pro-Indonesia Shimizu merupakan skenario yang ia mainkan sebagai kepala barisan propaganda.

Pasalnya, sejak awal 1943, kejayaan Jepang perlahan akan runtuh akibat tekanan dari Amerika Serikat dan sekutunya. Jepang memainkan politik "saudara tua" dengan Indonesia.

Sebagai "saudara tua", Jepang berjanji mengizinkan para pemimpin Indonesia memproklamasikan kemerdekaan.

Baca juga: Siulan Rahasia Bung Karno dan Kecurigaan Belanda di Kota Ende

Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat (tengah)  mengunjungi fasilitas penyimpanan bendera pusaka saat meresmikan kampanye kegiatan Yuk Ke Monas di Monas, Sabtu (12/8/2017). Djarot Saiful Hidayat meresmikan kampanye kegiatan Yuk Ke Monas, dan meresmikan pembaruan fasilitas yaitu toilet, air mancur menari, dan tempat penyimpanan bendera pusaka. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww/17.ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat (tengah) mengunjungi fasilitas penyimpanan bendera pusaka saat meresmikan kampanye kegiatan Yuk Ke Monas di Monas, Sabtu (12/8/2017). Djarot Saiful Hidayat meresmikan kampanye kegiatan Yuk Ke Monas, dan meresmikan pembaruan fasilitas yaitu toilet, air mancur menari, dan tempat penyimpanan bendera pusaka. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww/17.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com