Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yenny Wahid Minta antara PKB dan PBNU Harus Dipisahkan

Kompas.com - 09/08/2018, 08:12 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Zannuba Arrifah Chafsoh Rahman Wahid atau Yenny Wahid mengkritik Ketua PBNU Robikin Emhas yang menyatakan, warga Nahdliyin tidak akan mendukung Jokowi jika cawapresnya bukan dari kalangan NU.

Menurut Yenny, pernyataan salah seorang pengurus NU tersebut bukan merupakan sikap PBNU secara organisasi. Pernyataan itu dinilai dilatarbelakangi partai politik tempat ia bernaung.

"Bagi saya wajar, karena pengurus NU yang menyatakan akan mundur itu adalah pengurus NU yang juga berpartai di PKB. Jadi wajar, namanya juga dia bela ketua umumnya. Tetapi, itu harus dipisahkan PKB dengan PBNU," ujar Yenny saat dihubungi Kompas.com, Rabu (8/8/2018).

Yenny juga yakin, pernyataan Robikin itu merujuk pada sosok Mahfud MD. Soal ini, Yenny justru mempertanyakan pernyataan Robikin. Sebab, berdasarkan komunikasinya dengan kiai-kiai NU akar rumput di seluruh Indonesia, justru sosok Mahfud sangat disetujui untuk menjadi cawapres pendamping Jokowi.

Selain itu, Yenny yang merupakan putri sulung Presiden ke-4 RI Abdurrachman Wahid alias Gus Dur itu mengatakan, PBNU sebenarnya tidak diperbolehkan ikut dalam politik praktis. Hal itu tecermin dari pernyataan sang Ketua Umum PBNU Said Aqil Seradj. 

 

Baca jugaSaid Aqil: Kader NU jadi Cawapres Jokowi, Jika Diambil Alhamdulillah

"Kiai-kiai, terutama kiai kultural NU, kan jumlahnya jutaan, rata-rata justru sangat gembira. Kalau saya sih mendapatkan pesan langsung, baik lewat WA, telepon langsung dari kiai akar rumput itu, mereka sangat bahagia sekali, sangat mendukung sekali kalau Jokowi mempercayakan wakilnya kepada Pak Mahfud," ujar Yenny.

"Kita sama sekali tidak dalam posisi mendorong. Kita hanya dalam posisi menerima, kita mendoakan Pak Jokowi, enggak mendorong-dorong, apalagi sampai berani-berani main ancam, enggak ada itu. Kita mendoakan agar Pak Jokowi itu diberikan kejernihan di dalam melihat dan menimbang-nimbang berbagai macam perspektif sehingga bisa memilih orang yang terbaik untuk mendampingi beliau," lanjut dia.

Sebelumnya, Robikin mengatakan bahwa apabila cawapres Jokowi bukan dari kader PBNU, warga Nahdliyin merasa tidak memiliki tanggung jawab moral untuk ikut memenangkannya.

Kompas TV Muncul wacana pembentukan poros baru selain kubu pendukung Jokowi dan Prabowo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com