Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Hadirnya Pertandingan Piala Dunia di Layar Kaca pada 1970-an

Kompas.com - 14/07/2018, 07:40 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gelaran akbar Piala Dunia menjadi perhelatan sepak bola yang dinanti di seluruh dunia.

Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan masyarakat di seluruh penjuru dunia bisa menyaksikan pertandingan secara langsung.

Dulu, di Indonesia, pertandingan yang disaksikan merupakan siaran tunda. Artinya, tak ditayangkan dalam waktu bersamaan dengan saat pertandingan berlangsung.

Bagaimana dengan Indonesia?

Baca juga: Jadwal Siaran Langsung Piala Dunia 2018, Malam Ini Belgia Vs Inggris

Kisah pertandingan Piala Dunia bisa disaksikan melalui layar kaca dimulai pada 1970.

Harian Kompas, 11 Juni 1970, memberitakan, Gubernur Jakarta Ali Sadikin sebagai pembina olahraga ingin agar masyarakat bisa menyaksikan pertandingan Jules Rimet Cup (kini FIFA World Cup).

Kala itu, hanya ada Televisi Republik Indonesia (TVRI), stasiun televisi satu-satunya di Indonesia.

Ali Sadikin menggerakkan penonton TVRI untuk memberikan sumbangan sukarela agar TVRI bisa mendapatkan hak siar secara langsung.

Akan tetapi, antusiasme penonton tak seperti yang diharapkan. Biaya sponsor juga minim.

Pertandingan dalam gelaran Piala Dunia bisa disaksikan di TVRI, tetapi sebatas menyiarkan ulang pertandingan yang telah berlangsung. Tak semua pertandingan bisa disaksikan.

Baca juga: Jadwal Siaran Langsung Final Piala Dunia 2018, Main Pukul 22.00 WIB

Pada Piala Dunia 1974, TVRI menyiarkan pertandingan final yang disponsori S.C Johson & Son bersama PT Unilever Indonesia menjadi sponsor.

Pertandingan tersebut disiarkan secara langsung melalui satelit TVRI pusat pada pukul 22.00 WIB sampai selesai.

Berbeda dengan siaran sebelumnya yang menggunakan rekaman film atau video tape, kali ini pertandingan bisa disiarkan langsung dari Stadion Munchen yang ditangkap melalui satelit.

Melalui satelit, siaran pertandingan diteruskan ke saluran 6, 9, dan studio-studio di daerah.

Selain itu, komentar langsung juga disampaikan dalam bahasa Indonesia. TVRI sebagai stasiun penyiar Piala Dunia menyiarkan beberapa pertandingan dalam bentuk film setelah pertandingan selesai.

Kompas TV Mereka bahagia bisa ikut merasakan kemeriahan Piala Dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Nasional
Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Nasional
Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Nasional
Dukung Khofifah di Pilgub Jatim, Zulhas: Wakilnya Terserah Beliau

Dukung Khofifah di Pilgub Jatim, Zulhas: Wakilnya Terserah Beliau

Nasional
Polisi Buru 2 Buron Penyelundup 20.000 Ekstasi Bermodus Paket Suku Cadang ke Indonesia

Polisi Buru 2 Buron Penyelundup 20.000 Ekstasi Bermodus Paket Suku Cadang ke Indonesia

Nasional
Tanggapi Prabowo, Ganjar: Jangan Sampai yang di Dalam Malah Ganggu Pemerintahan

Tanggapi Prabowo, Ganjar: Jangan Sampai yang di Dalam Malah Ganggu Pemerintahan

Nasional
Tanggapi Prabowo, PDI-P: Partai Lain Boleh Kok Pasang Gambar Bung Karno

Tanggapi Prabowo, PDI-P: Partai Lain Boleh Kok Pasang Gambar Bung Karno

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com