JAKARTA, KOMPAS.com - Polri meminta konsultan IT Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang menjadi korban peretasan melapor ke Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri. Selain upaya peretasan, konsultan tersebut juga diberondongi missed call berkali-kali.
Terkait hal ini, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Setyo Wasisto menyatakan, konsultan tersebut dapat melapor kepada Bareskrim. Setelah itu, Polri akan mencari pelaku.
"Saya sudah bilang, lapor saja ke Bareskrim, nanti kita cari," jelas Setyo di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (29/6/2018).
Baca juga: Menkominfo Tanggapi Kasus Teror Misscall Konsultan IT KPU
Apabila tidak dapat menemukan identitas pelaku, maka Polri akan meminta bantuan Interpol. Sebab, Polri bekerja sama dengan 193 negara anggota Interpol, sehingga kasus dapat terungkap dengan cepat.
"Nomornya kan sudah ketahuan, nanti kita minta tolong," ungkap Setyo.
Konsultan IT Komisi Pemilihan Umum ( KPU), Harry Sufehmi, diserang missed call bertubi-tubi dari nomor tak dikenal. Hal tidak menyenangkan ini berlangsung sejak Rabu (27/6/2018) malam kemarin, sekitar pukul 24.00 WIB.
“Kalau sulit kontak saya hari ini, mohon maaf karena saya mendapat ratusan misscall per jam dari nomor-nomor Amerika,” kata dia melalui akun Facebook personalnya.
Bukan cuma itu, Harry juga menyebutkan ada peretas yang mencoba menjebol akun Telegramnya.
Ia menerima SMS yang isinya berupa kode otentikasi untuk masuk (login) ke Telegram.
Belasan jam diteror dengan SMS otentikasi Telegram dan ratusan missed call per jam, Harry mengaku kembali mendapat ancaman peretasan.
Sekitar pukul 12.00 WIB, ia menerima SMS otentikasi WhatsApp.
Baca juga: Pasca Pilkada, Konsultan IT KPU Diserang Misscall dan Percobaan Peretasan
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengatakan, saat ini insiden tersebut masih belum jelas muasalnya.
Kominfo pun belum bisa memastikan apakah serbuan misscall dan percobaan peretasan yang menyerang Harry Sufehmi dkk termasuk dalam masalah keamanan siber (cyber security) atau masalah telekomunikasi (terindikasi masking call).
Perlu dicatat, Harry Sufehmi adalah konsultan IT KPU untuk Pemilihan Umum Presiden RI (Pemilu) 2019, bukan Pilkada 2018. Belum bisa dipastikan apakah ada korelasi antara insiden yang ia alami dengan Pilkada 2018 baru-baru ini.
Yang jelas, dalam penuturannya, Harry Sufehmi mengatakan ada ratusan nomor berawalan +100 yang mencoba menghubunginya setiap jam. Alhasil, ia pun mengunduh aplikasi “Truecaller” untuk memblokir nomor-nomor itu.