Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polri Tepis Anggapan 414 Perwira Polisi "Nganggur"

Kompas.com - 29/03/2018, 15:36 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Asisten SDM Kapolri Irjen Arief Sulistyanto membantah sebutan 414 perwira Polri menganggur alias tidak mendapatkan job desk.

Ia mengatakan, yang terjadi adalah anggota tersebut tidak bekerja secara struktural, melainkan menduduki jabatan fungsional.

Jabatan tersebut meliputi analis kebijakan, penyidik, hingga analis utama yang posisinya tidak tercantum dalam struktur Polri.

"Kalau dikatakan menganggur, sebenernya enggak. Sebetulnya kami masih kekurangan," ujar Arief saat ditemui di ruangannya di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (29/3/2018).

Untuk mengatasi banyaknya polisi yang tak masuk dalam jabatan struktural, maka Polri memperluas jabatan fungsional.

Tak hanya di Polri, anggota juga disebar ke sejumlah instansi seperti KPK, BNN, BIN, dan sejumlah kementerian.

Ada pula yang dijadikan asisten komisioner Kompolnas sebagai staf ahli.

"Mereka kerja setengah mati juga, tidak nganggur. Kami kasih honor juga," kata Arief.

Banyaknya perwira non-struktural karena beberapa hal. Ada perwira yang baru menyelesaikan sekolah staf dan pimpinan Polri (Sespim) dijadikan analis kebijakan madya, ada pula yang dikembalikan instansi lain karena selesai masa tugasnya.

Arief mengatakan, ada juga perwira yang tidak bisa melaksanakan tugas karena sakit.

Saat ini, Polri tengah mengajukan perluasan jabatan fungsional Polri.

Kementerian Pendayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah menyetujuinya. Saat ini, prosesnya masih menunggu persetujuan Kementerian Keuangan untuk tunjangan kinerja.

Peran pejabat fungsional, kata Arief, juga tak bisa dianggap remeh.

Tanpa anggota pada jabatan fungsional, pejabat struktural tidak bisa maksimal menuntaskan kerjanya.

"Jabatan fungsional kalau bagus nanti naik pangkat terus," kata dia.

Kompas TV Simak dalam dialog Sapa Indonesia Malam berikut ini


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com