Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Belum Melihat Afiliasi Muslim Cyber Army dengan Oposisi Pemerintah

Kompas.com - 12/03/2018, 07:50 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kelompok Muslim Cyber Army (MCA) diduga memiliki motif politis dibalik aktivitasnya menyebarkan ujaran kebencian, hoaks, dan diskriminasi SARA.

MCA diketahui secara masif melakukan serangan terhadap Presiden Joko Widodo dan anggota pemerintahan yang tengah berkuasa.

Namun, menurut Kanit IV Subdit III Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri AKBP Endo Priambodo, pihaknya belum ditemukan ada hubungan antara MCA dengan pihak oposisi pemerintah.

"Sampai sekarang secara terang-terangan belum ada afiliasi politik pada oposan. Belum ada kaitannya dengan pelaku," ujar Endo dalam diskusi di Gadog, Bogor, Sabtu (10/3/2018).

(Baca juga: Bongkar Aliran Dana Kelompok Muslim Cyber Army, PPATK Tunggu Gerak Polri)

Lagipula, kata Endo, polisi tidak melihat latar belakang politik maupun agama dalam menindak kasus tersebut. Hanya saja kebetulan yang terekspose seolah mewakili agama tertentu.

"Kita sama sekali tidak melihat backgroundnya politik atau agama. Adalah bagaimana menegakkan hukum," kata Endo.

Saat ini, penyidik fokus menelusuri jaringan MCA dan eks Saracen. Endo mengatakan, pihaknya ingin memastikan betul apakah kedua jaringan yang sama-sama pabrik ujaran kebencian dan hoaks itu memiliki hubungan.

Selain di Indonesia, ada pula anggota MCA dan Saracen yang berada di luar negeri. Selain yang sudah ditangkap, Endo memastikan akan ada beberapa anggota lain yang juga akan diciduk.

"Ada seseorang yang sudah kita dalami tapi belum bisa full kita lakukan penangkapan," kata Endo.

Sebelumnya, Kepala Satuan Tugas Nusantara Irjen Gatot Eddy Pramono menduga motif politik menjadi alasan utama Muslim Cyber Army menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian.

Hal tersebut terlihat dari isu-isu yang diangkat, yakni soal kebangkitan Partai Komunis Indonesia, penganiayaan ulama, dan penghinaan pejabat negara.

(Baca juga: Polri: Ada Kaitan Muslim Cyber Army dengan Kelompok Saracen)

 

"Dari penelusuran kita, dari pendalaman peritiwa yang terjadi baik di medsos, kita lihat motifnya lebih besar pada motif politik," ujar Gatot.

Para pelaku memanfaatkan situasi negara yang memasuki tahun politik. Dengan menyebarkan isu-isu tersebut, kata Gatot, pelaku ingin memprovokasi masyarakat seolah isu-isu tersebut benar terjadi. Hal ini memunculkan keresahan di masyarakat, terutama kaum ulama.

"Hal ini akan bisa memecah belah bangsa yang pada akhirnya akan timbul konflik sosial yang besar," kata Gatot.

Hingga pada akhirnya, menurut Gatot, goal yang ingin dicapai MCA adalah mendegradasi pemerintah.

Dengan adanya kegaduhan dan perpecahan masyarakat, pemerintah dianggap tidak mampu membuat situasi yang kondusif.

Ketika masalah tersebut tak bisa diatasi, akan muncul anggapan bahwa pemerintah tidak mampu mengelola negara ini.

"Yang paling parah akan menimbulkan disintegrasi bangsa ini, memecah persatuan dan kesatuan," kata Gatot. 

Kompas TV Kementrian Komunikasi dan Informatika, mengatakan telah memantau aksi kelompok saracen di dunia maya sejak beberapa waktu lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

MKD DPR Buka Opsi Panggil Anak SYL, Indira Chunda Thita yang Pakai Duit Korupsi Ayahnya untuk 'Skin Care'

MKD DPR Buka Opsi Panggil Anak SYL, Indira Chunda Thita yang Pakai Duit Korupsi Ayahnya untuk "Skin Care"

Nasional
16 Kloter Jemaah Haji Indonesia Gelombang 2 Tiba di Jeddah

16 Kloter Jemaah Haji Indonesia Gelombang 2 Tiba di Jeddah

Nasional
Soal Pilkada Jakarta, Demokrat Buka Pintu untuk Sudirman Said, Tutup Rapat untuk Anies

Soal Pilkada Jakarta, Demokrat Buka Pintu untuk Sudirman Said, Tutup Rapat untuk Anies

Nasional
Pemerintah Ancam Denda Platform Digital Rp 500 Juta untuk Tiap Konten Judi Online

Pemerintah Ancam Denda Platform Digital Rp 500 Juta untuk Tiap Konten Judi Online

Nasional
Pertimbangkan Ridwan Kamil untuk Pilkada Jakarta, Demokrat: Anies Tak Masuk Radar Kami

Pertimbangkan Ridwan Kamil untuk Pilkada Jakarta, Demokrat: Anies Tak Masuk Radar Kami

Nasional
Skenario Sikap Politik Partai Banteng

Skenario Sikap Politik Partai Banteng

Nasional
Kala Prabowo Koreksi 2 Istilah Sekaligus, Makan Siang Gratis dan 'Presidential Club'...

Kala Prabowo Koreksi 2 Istilah Sekaligus, Makan Siang Gratis dan "Presidential Club"...

Nasional
Mencuat Usulan Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta dari Internal, PKS Segera Bahas

Mencuat Usulan Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta dari Internal, PKS Segera Bahas

Nasional
Pengusaha Tambang Gugat KPK Usai Jadi Tersangka di Kasus Gubernur Maluku Utara

Pengusaha Tambang Gugat KPK Usai Jadi Tersangka di Kasus Gubernur Maluku Utara

Nasional
KPK: Sekjen DPR Deklarasikan Diri Jadi Tersangka karena Gugat Praperadilan

KPK: Sekjen DPR Deklarasikan Diri Jadi Tersangka karena Gugat Praperadilan

Nasional
Pesawat Garuda Indonesia Pengangkut Jemaah Haji Rusak Lagi, Kemenag: Kita Tegur Keras!

Pesawat Garuda Indonesia Pengangkut Jemaah Haji Rusak Lagi, Kemenag: Kita Tegur Keras!

Nasional
Jokowi Beraktivitas di Yogyakarta Saat PDI-P Gelar Rakernas di Jakarta

Jokowi Beraktivitas di Yogyakarta Saat PDI-P Gelar Rakernas di Jakarta

Nasional
Kekagetan Golkar Usai Bobby Nasution Lebih Pilih Gerindra, padahal Sempat Lempar Kode

Kekagetan Golkar Usai Bobby Nasution Lebih Pilih Gerindra, padahal Sempat Lempar Kode

Nasional
Sudirman Said Siap Lawan Anies pada Pilkada, Sindir soal Jakarta Dijadikan Batu Loncatan

Sudirman Said Siap Lawan Anies pada Pilkada, Sindir soal Jakarta Dijadikan Batu Loncatan

Nasional
Pembukaan Rakernas PDI-P, Megawati Bakal Sampaikan Pidato Politik Pertamanya Setelah Pilpres 2024

Pembukaan Rakernas PDI-P, Megawati Bakal Sampaikan Pidato Politik Pertamanya Setelah Pilpres 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com