Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Munawir Aziz
Sekretaris PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom, Penulis Sejumlah Buku

Sekretaris PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom, menulis buku Bapak Tionghoa Nusantara: Gus Dur, Politik Minoritas dan Strategi Kebudayaan (Kompas, 2020) dan Melawan Antisemitisme (forthcoming, 2020).

Islam Indonesia dan Narasi Anti-semitisme

Kompas.com - 27/01/2018, 21:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorPalupi Annisa Auliani


DI TENGAH kontroversi isu Israel-Palestina, menarik untuk melihat framing dari suara publik yang menjadi representasi Islam Indonesia atas isu ini. Di tengah renungan, saya melihat isu Yerusalem menjadi titik penting untuk melihat ketegangan Israel-Palestina, sekaligus masa depan geopolitik di kawasan Timur Tengah.

Keputusan presiden Donald Trump atas penetapan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel tidak hanya mengguncang geopolitik dunia internasioal. Lebih dari itu, keputusan tersebut menimbulkan gejolak baru di berbagai negara.

(Baca juga: Menteri Agama RI: Soal Yerusalem, Indonesia Tetap Tolak Keputusan AS )

Isu Israel-Palestina memang sangat seksi, menjadi titik panas dalam kajian antar-agama, politik internasional, hingga diplomasi kemanusiaan. Dalam kerangka kajian kawasan, isu ini sangat dinamis dan menyedot perhatian publik serta akademisi internasional.

Saya berusaha melihat isu panas ini dalam kerangka Islam Indonesia. Yaitu, bagaimana ormas Islam moderat dan tokoh-tokohnya—terutama dari Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama—merespons isu ini sebagai kajian yang penting dan strategis. Melihat kedua ormas ini menjadi penting, untuk menangkap bagaimana ormas Islam moderat merespons ketegangan ini.

Yerusalem merupakan kota tiga agama Abrahamik—Islam, Nasrani, Yahudi—yang selalu bergolak dalam beberapa abad. Sepanjang sejarahnya, Yerusalem selalu menyisakan catatan perdamaian, sekaligus ketegangan, antar-umat manusia.

(Baca juga: Tak Mengikat, Apa Arti Resolusi Majelis Umum PBB soal Yerusalem? )

Jika kita menyimak film Kingdom of Heaven garapan Ridley Scott dan William Monahan, akan terasa betul ketegangan, dinamika, sekaligus manipulasi politik yang melingkupinya. Konflik terus terjadi sepanjang abad, dalam perebutan klaim atas tanah dan kekayaan, juga tentang kota suci yang mengalirkan darah dan air mata.

Pada narasi film Kingdom of Heaven, tergambar kontestasi di arena kota suci Yerussalem. Saladin (atau Shalahuddin), sultan sekaligus pemimpin perang dari kelompok Islam, pada akhir penguasaan atas Yerussalem mengungkapkan makna yang mendalam.

Ia ditanya oleh Ksatria dari Ibelin, "Apa makna Yerusalem?" Saladin menjawab, "Nothing…. Everything!"

Betapa, di balik perang berkepanjangan yang merenggut ribuan nyawa, ada pertaruhan harga diri dan kekuasaan, yang berujung pada kekosongan, sekaligus pengakuan atas semuanya.

Islam Indonesia dan Isu Yahudi

Manuver Donald Trump membuat dunia internasional terguncang. Menanggapi manuver Trump, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama langsung bereaksi.

(Baca juga: Voting di Majelis Umum PBB soal Yerusalem, 128 Negara Menentang AS )

Ketua Umum Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengungkapkan bahwa klaim sepihak Amerika Serikat tentang Yerussalem sebagai Ibu Kota Israel akan memicu konflik baru. Nashir juga menganggap AS tidak memiliki komitmen perdamaian di Timur Tengah.

Adapun pimpinan Nahdlatul Ulama juga tidak kalah garang. KH Yahya C Staquf, Katib Syuriah PBNU, menegaskan betapa langkah Trump menimbulkan masalah baru dalam lanskap geopolitik kawasan. Kebijakan Trump terasa merobek inisiasi damai yang sedang direnda oleh berbagai pihak, baik dari kubu Israel dan Palestina maupun negara-negara yang selama ini menginsiasi perdamaian.

Dalam konferensi pers, PBNU meminta Pemerintah AS mencari jalan perdamaian. Disusul kemudian, aksi damai berlangsung di Kedutaan Besar Amerika di Jakarta, pada pertengahan Desember 2017.

Sementara itu, Kiai Mustofa Bisri (Gus Mus) merespons ketegangan Israel-Palestina tidak dengan reaksi keras dan demo di jalanan. Gus Mus menginisiasi festival puisi untuk perdamaian Israel-Palestina, yang diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki pada 24 Agustus 2017.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com