Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tambah Purnawirawan Jenderal di Istana, Jokowi Dinilai Inferior

Kompas.com - 17/01/2018, 17:19 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Presiden Joko Widodo kembali menambah purnawirawan Jenderal TNI ke lingkaran Istana Kepresidenan. Kali ini, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko yang ditarik untuk menjadi Kepala Staf Kepresidenan (KSP).

Wakil Direktur Imparsial Gufron Mabruri menilai, kian banyaknya purnawirawan Jenderal TNI di sekitar Presiden menunjukkan masih adanya persoalan dalam konteks hubungan kepemimpinan sipil-militer di Indonesia.

"Ada semacam inferioritas yang masih menghinggapi kalangan sipil dalam memandang dan berhubungan dengan militer," ujar Gufron kepada Kompas.com, Jakarta, Rabu (17/1/2018).

Gufron menjelaskan, inferioritas di kalangan pemimpin sipil memunculkan langkah-langkah politik dari elite sipil untuk melibatkan militer, baik aktif maupun purnawirawan, untuk memperkuat legitimasi dan kekuasaannya.

(Baca juga: Perjalanan Moeldoko, dari Panglima TNI hingga Ditunjuk Presiden Jadi KSP)

Menurut Gufron, Presiden memang memiliki hak prerogatif untuk memilih siapa saja orang yang akan membantunya menjalankan tugas negara, termasuk purnawirawan Jenderal.

Namun, pemilihan tersebut harus mempertimbangkan kompetensi dan integritas. Dengan demikian, pemilihan bukan sebagai bagian dari sharing power yang bernuansa transaksional.

Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki dan Kepala Kantor Staf Presiden Jenderal (Purn) Moeldoko.Fabian Januarius Kuwado Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki dan Kepala Kantor Staf Presiden Jenderal (Purn) Moeldoko.
Setidaknya, Gufron menilai ada beberapa syarat umum yang perlu dimiliki para pembantu Presiden. Syarat itu yakni kompetensi di bidangnya, integritas yang tidak diragukan, dan memiliki komitmen untuk mewujudkan visi misi Presiden.

Gufron mengatakan, orang dengan latar belakang apa pun bisa dipilih asal syarat-syarat di atas memang terpenuhi.

(Baca juga: Kredibel dan Berpengalaman, Moeldoko Dianggap Pantas Jabat KSP)

Masalahnya, tutur Gufron, tidak semua purnawirawan TNI yang ada di sekitar Jokowi memenuhi kriteria di atas dan justru menjadi beban bagi pemerintahan jokowi.

Misalnya, ada purnawirawan TNI yang diduga punya masalah pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu, namun diangkat menduduki jabatan strategis di pemerintahan Jokowi.

Dengan mengangkat mereka, alih-alih bisa mewujudkan visi misi Presiden mereka, justru akan menjadi beban bagi pemerintahannya.

"Dengan kata lain, presiden tidak boleh asal pilih dan angkat tanpa proses seleksi yang ketat. Apalagi jika hal itu dimaksudkan hanya untuk berbagi kekuasaan dengan para pendukungnya," kata dia.

Sebelum Moeldoko, deretan Purnawirawan TNI-Polri sudah lebih dulu ada di lingkaran Istana. Mereka adalah Luhut Binsar Panjaitan, Ryamizard Ryacudu, Wiranto, Budi Gunawan, Sidarto Danusubroto, Subagyo Hadi Siswoyo, Yusuf Kartanegara, Gories Mere, hingga Agum Gumelar.

Kompas TV Moeldoko aktif di Hanura, HKTI, dan pernah menjabat posisi tertinggi di TNI.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Nasional
PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com