JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo mengapresiasi sejumlah pencapaian di sektor ekonomi dalam negeri sepanjang tahun 2017.
Mulai dari perdagangan IHSG yang ditutup di level 6.355,65, nilai ekspor yang melejit 17 persen, hingga naiknya posisi Indonesia dalam hal peringkat kemudahan berinvestasi.
Padahal, ketika awal 2017, sejumlah analis ekonomi memperkirakan hal yang sebaliknya.
"Kalau kita lihat, 12 bulan terakhir, tahun 2017, hampir semua risiko di awal tahun yang diwanti-wanti akan meledak, ternyata bisa kita lewati dengan baik semuanya," ujar Presiden Jokowi di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (29/12/2017).
"Oleh sebab itu, jangan sekali-sekali keseringan baca media sosial, analisis-analisis yang enggak mengerti sumbernya dari mana," kata dia.
(Baca juga : Jokowi: Saat Ini Kita Sedang Mengarungi Perjalanan Menuju Negara Maju)
Jokowi mengakui, masyarakat Indonesia memang masih senang membaca sesuatu yang sifatnya bombastis, prediksi-prediksi yang mengkhawatirkan dan sebagainya. Padahal, itu membuat pesimistis.
Di sisi lain, Jokowi merasa bahwa media massa juga mendorong isu-isu sentimen negatif yang membuat publik semakin merasa pesimistis.
"Memang untuk jualan, untuk dapat banyak like di situs internet, lebih seru. Lebih asyik kalau yang dijual itu berita yang nakut-nakutin. Semuanya kan senangnya seperti itu, kalau nakut-nakutin, ikuti terus," ujar Jokowi.
"Masalahnya, kalau kita sampai terjebak pada ketakutan, pada risiko-risiko, kita kehilangan peluang, kehilangan kesempatan. Karena kesempatan datang hanya sekali. Kesimpulannya, yang penting jangan takut. Risiko selalu ada, tapi justru itulah peluangnya," ucap mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
(Baca juga : Jokowi: Dulu Banyak yang Bilang Tembus 6.000 Saja Sudah Untung, Sekarang.. )