JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Charles Honoris menilai, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo punya maksud terselubung ketika memperingatkan tentang Indonesia yang sedang menghadapi proxy war.
"Kita akui memang kita sedang menghadapi proxy war. Tapi, Panglima TNI menyampaikan itu tidak terlepas dari adanya keinginan melibatkan lagi TNI di luar tugas pokok fungsi TNI saat ini," ujar Charles dalam sebuah diskusi di Universitas Paramadina, Sabtu (18/11/2017).
Proxy war merupakan perang antarnegara atau lebih dari dua negara secara tidak langsung atau menggunakan pihak ketiga. Peperangan itu dapat melibatkan hacker (peretas), bahkan lembaga nirlaba internasional, dan pers.
(Baca: Yang Lebih Berbahaya dari "Proxy War"...)
Bagi Charles, keinginan agar TNI tidak hanya mengurusi pertahanan negara saja bisa dimaklumi. Gatot merupakan lulusan angkatan 1982, di mana saat itu militer menguasai sejumlah aspek di Indonesia, mulai dari politik hingga ekonomi.
"Sekarang saja TNI sudah terlibat MoU (nota kesepahaman) dengan kementerian-kementerian, bahkan pemerintah daerah, yang tentu saja sama sekali tidak terkait dengan tugas pokok fungsinya TNI," ujar Charles.
(Baca juga: Panglima TNI: "Proxy War" Mengancam Indonesia)
Melalui isu proxy war, lanjut Charles, Gatot seakan mencari legitimasi dari masyarakat Indonesia agar TNI dapat masuk ke sektor-sektor lain di luar pertahanan.
"Bagaimana publik dibuat merasa adanya ancaman pertahanan kita. Bukan di pertahanan konvensional, tapi juga di segala lini sehingga seakan- akan TNI dibutuhkan di sana. Dia menjual konsep proxy war," ujar Charles.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.