JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Pandjaitan menilai, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil terlalu dini mendeklarasikan dirinya sebagai bakal calon gubernur Jawa Barat.
Akibatnya, banyak partai yang merasa Emil, sapaannya, telah menutup ruang negosiasi dengan mereka soal posisi calon gubernur dan wakil gubernur.
Menurut Hinca, hal itulah yang membuat beberapa partai enggan melanjutkan komunikasi politik dengan Emil.
Kendati demikian, Demokrat masih tetap membuka ruang komunikasi dengan Emil. Hinca mengaku beberapa kali menerima Emil untuk berbincang mengenai Pilkada Jawa Barat 2018.
"Saya sendiri atas perintah bapak Ketua Umum (Demokrat) menerima dia (Emil), berkomunikasi dan berdialog bersama," ujar Hinca di Djakarta Theater, Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis (10/8/2017) malam.
(baca: Alasan PDI-P Hampir Tutup Pintu untuk Ridwan Kamil)
Ia mengatakan, Pilkada Jawa Barat merupakan pilkada yang sangat penting bagi semua partai politik menjelang pemilu 2019, sebab memiliki jumlah pemilih terbanyak.
"Saya melihat bisa terjadi komunikasi yang panjang sampai detik terakhir. Karena Jawa Barat semua parpol menempatkannya sebagai tempat yang penting. Pasti parpol hati-hati di Jawa Barat," ucap dia.
PDI-P dan Partai Golkar kemungkinan akan menutup pintu bagi Ridwan Kamil dalam Pilkada Jawa Barat 2018.
(baca: Nasdem Tak Khawatir PDI-P dan Golkar Akan Tutup Pintu ke Ridwan Kamil)
Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, partainya memang sempat intensif membangun dialog dengan Ridwan.
Namun, secara sepihak, Ridwan sudah memutuskan sendiri akan menjadi calon gubernur.
Adapun Nasdem sudah mendeklarasikan mendukung Ridwan dalam Pilkada Jabar.
(baca: Ridwan Kamil Sebut Tak Masalah PDI-P dan Golkar Tutup Pintu)
Ridwan mengaku tak mempermasalahkan jika tak mendapat dukungan PDI-P maupun Golkar.
"Untuk konteks saat ini, semisal membangun koalisi dengan PDIP dan Golkar, atau partai lainnya ternyata tidak memungkinkan, menurut saya bukan masalah," ujar Ridwan kepada Kompas.com, Rabu (9/8/2017).
"Pada dasarnya politik itu dinamis. Ketika ada peristiwa atau momentum politik, tafsirnya juga bisa beragam," tambah Emil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.