Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Formappi: Pansus Angket KPK Akan Rusak Citra Pemerintah

Kompas.com - 26/07/2017, 10:02 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Aktivis Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menilai, keluarnya Fraksi Gerindra dari Panitia Khusus Hak Angket Komisi Pemberantasan Korupsi di Dewan Perwakilan Rakyat, akan semakin merugikan citra pemerintah.

Menurut dia, Pansus yang dianggap hendak melemahkan KPK itu hanya diisi oleh enam fraksi yang semuanya adalah pendukung pemerintah.

Pansus kini terdiri dari perwakilan anggota Fraksi PDI-P, Golkar, Nasdem, Hanura, PPP, dan PAN.

"Dengan hanya beranggotakan fraksi-fraksi pendukung pemerintah minus PKB, keberadaan Pansus ini bisa akan merusak citra pemerintah yang sampai sekarang masih mengatakan dukungan pada KPK," kata Lucius saat dihubungi Kompas.com, Rabu (26/7/2017).

Baca: Kini, Fadli Zon Anggap Kerja Pansus Angket KPK Tak Efektif 

Lucius mengatakan, menjadi aneh ketika hanya fraksi-fraksi pendukung pemerintah yang terus menjalankan Pansus ini.

Ia yakin bukan kepentingan pengawasan sesungguhnya yang sedang dilakukan Pansus terhadap KPK.

"Bisa jadi ini respons sentimentil fraksi pendukung Pansus atas kerja KPK yang tengah mengusut korupsi e-KTP," kata Lucius.

Ia menilai, aksi Gerindra yang keluar dari pansus tak serta merta hanya bertujuan untuk meraih simpati publik karena kerja pansus yang bermasalah.

Akan tetapi, lebih banyak didorong oleh unsur politik pasca kekalahan Gerindra dari parpol pendukung pemerintah dalam pengambilan keputusan RUU Pemilu.

Baca: "Pencitraan Gerindra Keluar Pansus Angket KPK Lebih Baik Dibanding Fraksi yang Bertahan" 

Menurut Lucius, momentum pengesahan RUU Pemilu itu yang membuat posisi Gerindra di Pansus Angket KPK menjadi 'kesepian'.

Kehadirannya di Pansus justru menguntungkan partai-partai koalisi pemerintah yang merasa dikuatkan oleh kehadiran Gerindra yang oposisi.

"Ini memberikan legitimasi untuk misi partai-partai pengusung angket yang mayoritas merupakan pendukung pemerintah. Kesadaran itu yang lebih kuat mendorong Gerindra cabut dari Pansus," ujar Lucius.

Alasan keluar dari Pansus

Sebelumnya diberitakan, Partai Gerindra menarik diri dari keanggotaan Pansus Angket KPK.

Partai pimpinan Prabowo Subianto itu menganggap pembentukan Pansus yang dinilai bermasalah menjadi salah satu alasannya.

"Alasan pertama untuk membentuk pansus itu kan ada syarat. Bicara pembentukannya Ketua Pansus sekarang enggak memenuhi syarat yang sesuai dengan Tatib (tata tertib) DPR dan Undang-undang MD3," ujar Wakil Ketua Fraksi Partai Gerindra, Desmond Junaidi Mahesa saat dihubungi, Senin (24/7/2017).

Alasan lainnya adalah kerap diadakan agenda dadakan. Misalnya, soal keberangkatan Pansus ke lembaga pemasyarakatan Sukamiskin, Bandung.

Desmond mengatakan, pihaknya tak setuju, namun pansus tetap berangkat.

"Saya bilang tak setuju tapi mereka tetap berangkat. Saya bilang kalau mereka berangkat, Gerindra akan keluar. Nah, inilah yang membuat kami tidak bisa," lanjut Desmond.

Kompas TV Pansus Angket dan KPK Terus Bersitegang

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Angota Paspampres Jokowi

Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Angota Paspampres Jokowi

Nasional
Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Nasional
Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta Bersama Pengacara

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta Bersama Pengacara

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Nasional
Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Nasional
Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Nasional
Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Nasional
Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Nasional
Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Nasional
Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Nasional
Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Nasional
Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Nasional
Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak 'Heatwave'

Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak "Heatwave"

Nasional
Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar, tapi dari Bawah

Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar, tapi dari Bawah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com