Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/05/2017, 07:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Mereka mendapatkan perintah langsung dari kelompok ISIS di Suriah, Aparat keamanan sudah mengetahui akan ada aksi, hanya Kapan dan Dimana yang masih Misteri!"

Pernyataan ini saya dapatkan dari dua pemerhati Intelijen. Pertama adalah Iman Soleh dari Universitas Padjadjaran, Bandung, dan yang kedua adalah Wawan Purwanto, tim ahli Intelijen dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Rabu (24/5/2017), saat kejadian, sesungguhnya saya masih berada di Bali untuk sebuah wawancara Eksklusif dengan salah seorang tokoh politik yang kiprahnya kontroversial.

Saya baru kembali akhir pekan. Bukan karena kejadiannya yang membuat saya memutuskan segera kembali dari Bali, tetapi karena pertanyaan mendasar yang muncul di benak saya terhadap pernyataan di atas tadi.

Pertanyaan yang berputar di kepala saya adalah bagaimana cara mereka menerima perintah langsung dari pimpinan ISIS di kota Raqqa, Suriah? Bukankah segala macam cara bisa di tap, atau intercept, atau sadap, atau apapun istilahnya.

Singkat cerita saya memutuskan untuk segera kembali ke Jakarta dan menyusun rencana serta data untuk melakukan perjalanan ke Bandung, Jawa Barat, bersama tim Aiman yang sudah mulai kelelahan.

Ketika saya berikan kata kunci ini, tim Aiman seolah mendapat second wind. Mereka seketika semangat untuk kembali memulai persiapan program AIMAN dari nol untuk tayang di televisi mendadak pekan ini.

Akhir pekan, dua hari lalu, tibalah saya di Bandung dari Bali. Sebelumnya, saya mendapatkan dua tempat yang akan saya tuju. Pertama adalah tempat pelaku Bom Bunuh Diri, Ichwan Nur Salam.

Kedua adalah tempat tinggal Jajang, yang dikatakan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menjadi pimpinan tertinggi kelompok Teroris Bandung Raya.

Jajang merupakan bagian dari JAD (Jamaah Ansharut Daulah) - sebuah organisasi yang kerap melakukan aksi teror di Indonesia dan sudah bersumpah setia (bai’at) dengan Negara Islam Irak & Syam (ISIS).

Jaringan Bandung pimpinan Jajang ini diduga merupakan sel aktif yang produktif. Sebagian pelaku Bom Thamrin awal 2016 lalu adalah kaki tangan Jajang.

Aksi teror lain yang dilakukan kelompok ini adalah Bom Cicendo yang gagal diledakkan di tempat yang dituju beberapa bulan lalu.

Sebagian komplotan teroris ini digulung Polisi di Waduk Jatiluhur akhir 2016 lalu. Aksi kelompok Jajang semuanya terjadi dan mengarah di Ibu Kota.

Luar biasa!

Penelusuran di Bandung

Halaman:


Terkini Lainnya

KPU Lanjutkan Rekapitulasi Suara Nasional untuk Jabar dan Maluku Hari Ini

KPU Lanjutkan Rekapitulasi Suara Nasional untuk Jabar dan Maluku Hari Ini

Nasional
Gubernur Jakarta Dipilih Lewat Pilkada, Raih Suara 50 Persen Plus Satu Dinyatakan Menang

Gubernur Jakarta Dipilih Lewat Pilkada, Raih Suara 50 Persen Plus Satu Dinyatakan Menang

Nasional
SK Penambahan Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton Segera Dirilis

SK Penambahan Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton Segera Dirilis

Nasional
Dito Mahendra Terdaftar di Perbakin, Klaim Hobi dan Koleksi Senpi

Dito Mahendra Terdaftar di Perbakin, Klaim Hobi dan Koleksi Senpi

Nasional
Golkar Dukung Hasil Pemilu yang Akan Ditetapkan KPU

Golkar Dukung Hasil Pemilu yang Akan Ditetapkan KPU

Nasional
Jokowi Dinilai Tengah Lakukan Manajemen Risiko dengan Panggil 2 Menteri PKB

Jokowi Dinilai Tengah Lakukan Manajemen Risiko dengan Panggil 2 Menteri PKB

Nasional
TKN Pertanyakan kepada Siapa Hak Angket Akan Digulirkan

TKN Pertanyakan kepada Siapa Hak Angket Akan Digulirkan

Nasional
Ketua PPLN Kuala Lumpur Akui Ubah 1.402 Data DPT Tanpa Rapat Pleno

Ketua PPLN Kuala Lumpur Akui Ubah 1.402 Data DPT Tanpa Rapat Pleno

Nasional
Pakar Hukum: Menangkan Gugatan Pilpres di MK Nyaris Mustahil

Pakar Hukum: Menangkan Gugatan Pilpres di MK Nyaris Mustahil

Nasional
Ditanya Soal Jatah Kursi di Kabinet Mendatang, Zulhas Serahkan ke Presiden Terpilih

Ditanya Soal Jatah Kursi di Kabinet Mendatang, Zulhas Serahkan ke Presiden Terpilih

Nasional
TPN: Hak Angket Sudah Jadi Sikap Partai, pada Dasarnya Akan Kami Gulirkan

TPN: Hak Angket Sudah Jadi Sikap Partai, pada Dasarnya Akan Kami Gulirkan

Nasional
KPU Usahakan Rekapitulasi Provinsi Papua dan Papua Pegunungan Selesai Malam Ini

KPU Usahakan Rekapitulasi Provinsi Papua dan Papua Pegunungan Selesai Malam Ini

Nasional
Bareskrim Gagalkan Peredaran 10.000 Butir Ekstasi, 1 Residivis Narkoba Ditangkap

Bareskrim Gagalkan Peredaran 10.000 Butir Ekstasi, 1 Residivis Narkoba Ditangkap

Nasional
Didakwa Kasus Kepemilikan Senpi Ilegal, Dito Mahendra: Ini Masalah yang Dibesar-Besarkan

Didakwa Kasus Kepemilikan Senpi Ilegal, Dito Mahendra: Ini Masalah yang Dibesar-Besarkan

Nasional
2 Menterinya Dipanggil Jokowi, PKB Bantah Diajak Ikut Dukung Prabowo-Gibran

2 Menterinya Dipanggil Jokowi, PKB Bantah Diajak Ikut Dukung Prabowo-Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com