Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilkada DKI Jakarta Dinilai Contoh Kemunduran Demokrasi

Kompas.com - 14/05/2017, 20:14 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Amnesty International perwakilan Indonesia, Usman Hamid menilai, belakangan Indonesia menunjukkan kemunduran dalam perlindungan hak asasi manusia, khususnya dalam hal terkait berdemokrasi.

Salah satu peristiwa yang dia maksud yakni Pilkada DKI Jakarta 2017 yang sempat memanas dan dikaitkan dengan kasus yang menjerat Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Usman menilai, dalam perhelatan demokrasi itu menonjolkan perbedaan kelompok mayoritas dan minoritas.

"Ada pandangan kebudayaan yang dominan, kelompok mayoritas, seolah nilai kelompok harus diutamakan di atas nilai individu. Ada suatu kemunduran demokrasi," ujar Usman dalam diskusi di Jakarta, Minggu (14/5/2017).

Padahal, kata Usman, demokrasi di Indonesia sering dianggap paling baik di Asia Tenggara. Dunia internasional memupuk harapan pada Indonesia dalam penegakan HAM dan demokrasi. Namun, ia menilai penilaian itu kontradiktif dengan situasi yang terjadi sesungguhnya.

"Di Indonesia malah muncul, bawa-bawa klaim sebagai mayoritas, untuk membedakan 'kami' dengan 'mereka'. Ini politik berbahaya yang membawa-bawa kebencian, diskriminasi," kata Usman.

Usman juga menyebut kasus lain yang dianggap membatasi hak berdemokrasi, yakni kriminalisasi aktivis lingkungan yang menentang reklamasi hingga mantan koordinator Kontras Haris Azhar yang dilaporkan terkait keluhan narapidana narkoba yang telah dieksekusi, Freddy Budiman.

"Ini satu potret yang agak mengkhawatirkan," kata dia.

Pakar hukum tata negara Refly Harun mengatakan, kultur hukum di Indonesia sangat tertinggal. Hal itu disebabkan banyak warga yang tidak taat hukum. Bahkan, kata dia, orang-orang mulai mengambil jalur non-hukum untuk memaksakan kehendak.

"Pergolakan Pilkada DKI, rata-rata yang vokal menyuarakan tokoh politik dan pimpinan lembaga negara malah menyuruh orang tidak taat hukum," kata Refly.

Semestinya, kata Refly, tokoh-tokoh tersebut menyampaikan bahwa ada institusi formal yang bisa dipakai untuk menyalurkan aspirasi.

"Maka hukum formal tidak bisa dipercaya lagi, atau banyak perilaku tidak taat hukum," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korlantas Sebut Pelat Khusus “ZZ” Terhindar Ganjil-Genap Jika Dikawal

Korlantas Sebut Pelat Khusus “ZZ” Terhindar Ganjil-Genap Jika Dikawal

Nasional
Polri Bentuk 10 Satgas Pengamanan untuk World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Bentuk 10 Satgas Pengamanan untuk World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Nurul Ghufron Sengaja Absen Sidang Etik di Dewas KPK, Beralasan Sedang Gugat Aturan ke MA

Nurul Ghufron Sengaja Absen Sidang Etik di Dewas KPK, Beralasan Sedang Gugat Aturan ke MA

Nasional
Korlantas Polri Ungkap Jasa Pemalsuan Pelat Khusus “ZZ”, Tarifnya Rp 55-100 Juta

Korlantas Polri Ungkap Jasa Pemalsuan Pelat Khusus “ZZ”, Tarifnya Rp 55-100 Juta

Nasional
Absen di Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin, Surya Paloh: Terus Terang, Saya Enggak Tahu

Absen di Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin, Surya Paloh: Terus Terang, Saya Enggak Tahu

Nasional
KPU Mulai Tetapkan Kursi DPRD, Parpol Sudah Bisa Berhitung Soal Pencalonan di Pilkada

KPU Mulai Tetapkan Kursi DPRD, Parpol Sudah Bisa Berhitung Soal Pencalonan di Pilkada

Nasional
PKB Jajaki Pembentukan Koalisi untuk Tandingi Khofifah di Jatim

PKB Jajaki Pembentukan Koalisi untuk Tandingi Khofifah di Jatim

Nasional
PKB Bilang Sudah Punya Figur untuk Tandingi Khofifah, Pastikan Bukan Cak Imin

PKB Bilang Sudah Punya Figur untuk Tandingi Khofifah, Pastikan Bukan Cak Imin

Nasional
KPK Sita Gedung Kantor DPD Nasdem Milik Bupati Nonaktif Labuhan Batu

KPK Sita Gedung Kantor DPD Nasdem Milik Bupati Nonaktif Labuhan Batu

Nasional
MA Kuatkan Vonis 5 Tahun Penjara Angin Prayitno Aji

MA Kuatkan Vonis 5 Tahun Penjara Angin Prayitno Aji

Nasional
Soal Jokowi Jadi Tembok Tebal antara Prabowo-Megawati, Sekjen PDI-P: Arah Politik Partai Ranah Ketua Umum

Soal Jokowi Jadi Tembok Tebal antara Prabowo-Megawati, Sekjen PDI-P: Arah Politik Partai Ranah Ketua Umum

Nasional
TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Pelat Nomor Kendaraan yang Marak Terjadi Akhir-akhir Ini

TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Pelat Nomor Kendaraan yang Marak Terjadi Akhir-akhir Ini

Nasional
Andi Gani Ungkap Alasan Ditunjuk Jadi Penasihat Kapolri Bidang Ketenagakerjaan

Andi Gani Ungkap Alasan Ditunjuk Jadi Penasihat Kapolri Bidang Ketenagakerjaan

Nasional
PKB Siap Bikin Poros Tandingan Hadapi Ridwan Kamil di Pilkada Jabar

PKB Siap Bikin Poros Tandingan Hadapi Ridwan Kamil di Pilkada Jabar

Nasional
Hari Pendidikan Nasional, Serikat Guru Soroti Kekerasan di Ponpes

Hari Pendidikan Nasional, Serikat Guru Soroti Kekerasan di Ponpes

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com