Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekonsiliasi Kasus Semanggi, Sumarsih Duga Wiranto Lindungi Diri

Kompas.com - 10/02/2017, 17:51 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Maria Katarina Sumarsih mempertanyakan rencana pemerintah yang akan menyelesaikan kasus pelanggaran HAM Tragedi Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II.

Sumarsih menilai bahwa Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto memutuskan menempuh cara tersebut untuk melindungi dirinya sendiri, yang dianggap banyak pihak bertanggung jawab atas kasus itu.

"Ini kedaruratan, Wiranto melindungi diri. Upaya Wiranto yang diduga melakukan pelanggaran HAM berat dalam Tragedi Semanggi I dan II," kata Sumarsih dalam diskusi di Kantor Setara Institute, Jakarta, Jumat (10/2/2017).

Sumarsih sendiri adalah ibu dari Bernardus Realino Norma Irmawan (Wawan), mahasiswa Unika Atma Jaya Jakarta, yang menjadi salah satu korban penembakan aparat saat demonstrasi mahasiswa pada 13 November 1998.

Peristiwa itu kemudian dikenal dengan Tragedi Semanggi I.

Sumarsih mengatakan, Wiranto yang pada saat itu menjabat Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI bertanggung jawab atas kematian putranya.

"Yang saya ingat Pak Wiranto pernah menyampaikan, 'Saya tidak menembak mahasiswa'. Jelas tidak menembak, tetapi tentara dan polisi jalankan tugas dari atasannya," ucap Sumarsih.

Sumarsih menambahkan, saat Menko Polhukam masih dijabat oleh Luhut Binsar Pandjaitan, sempat ada titik terang bahwa tragedi Semanggi akan diselesaikan dengan jalur pengadilan HAM ad hoc.

Dalam pertemuan dengan Sumarsih dan keluarga korban pada 23 Januari, menurut Sumarsih, Luhut sempat menjanjikan bahwa harus ada pihak yang bertanggung jawab atas Tragedi Semanggi dan Trisakti.

Namun kini, setelah posisi Menko Polhukam dijabat Wiranto, harapan itu pupus. Sumarsih pun mempertanyakan sikap Presiden Jokowi yang mengangkat Wiranto sebagai menterinya.

"Ini menutup pintu keadilan bagi keluarga korban. Pemerintahan Pak Jokowi melanggengkan impunitas," ucapnya.

(Baca: Rekonsiliasi dan Janji Politik Jokowi yang Diingkari...)

Pada saat awal menjabat sebagai menteri, Wiranto sendiri telah membantah tuduhan yang menyebut dirinya melanggar hak asasi manusia.

Wiranto meminta agar pihak-pihak yang menuduhnya untuk membuktikan tuduhan tersebut.

"Isu-isu HAM yang mengenai saya, saya harapkan harus jelas saatnya kapan, di mana, apa keterlibatan saya, saya akan jawab satu per satu," ujar Wiranto seusai serah terima jabatan di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (28/7/2016) lalu.

(Baca: Wiranto: Buktikan Kapan dan di Mana Saya Melanggar HAM, Saya Akan Jawab)

Kompas TV 10 Tahun Menanti Respon Pemerintah-Satu Meja
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com