KOMPAS.com - Ujaran seperti gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja, atau Bhinneka Tunggal Ika, kerap disandingkan dengan nama Indonesia.
Namun, fakta di lapangan kerap memunculkan potret buram. Pertengkaran dan perselisihan, dari adu mulut sampai tawuran terus saja terjadi di sana-sini.
Belum lagi temuan korupsi yang terus bertubi-tubi muncul, dari pungutan liar kelas recehan sampai kasus besar bernilai miliaran rupiah.
Untuk urusan tertib berlalu lintas saja, Indonesia harus banyak berbenah. Kemacetan dan pelanggaran rambu lalu lintas sudah dianggap hal biasa di banyak tempat.
Hasil survei global perusahaan pembuat aplikasi navigasi berbasis global posititioning system (GPS), Waze, menempatkan lima wilayah di Indonesia dalam daftar kota-kota paling macet di dunia.
Satu lagi, urusan sampah. Banyak orang terlihat terganggu setiap melintasi tempat penampungan sampah, tetapi merasa tak bersalah membuang tisu atau botol plastik dari balik jendela mobil yang melaju.
Apakah situasi seperti ini akan terus berlanjut? Apakah gambaran-gambaran tersebut memang wajah sejati Indonesia?
Atau, rutinitas dan kepadatan aktivitas kita telah menggerus nilai-nilai budaya bangsa yang diwariskan turun-temurun di setiap adat dan kebudayaan Nusantara?
Barangkali, sekarang adalah saatnya untuk kembali mempertanyakan kepada diri kita sendiri-sendiri, seperti apa sebenarnya wajah Indonesia yang kita inginkan? Apa pula peran yang seharusnya bisa kita ambil, tak peduli pangkat, jabatan, apalagi lokasi?
Semua pertanyaan dan tantangan untuk memulai perubahan bagi Indonesia ini bisa Anda simak dalam Visual Interaktif Premium (VIP) Indonesia, Berani Membuat Perubahan? di Kompas.com.
Berani jadi bagian dari perubahan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.