Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
F.X. Lilik Dwi Mardjianto
Ketua Program Studi Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara

pengagum jurnalisme | penikmat sastra | pecandu tawa riang keluarga

Membongkar Kubur Jurnalisme Advokasi

Kompas.com - 27/10/2016, 14:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Suatu hari, saya menerima sebuah surat elektronik dari WatchDoc. Surat itu berisi undangan untuk membuat dokumenter tentang penggusuran di Jakarta.

Setelah melihat siapa saja yang menerima surat tersebut, saya mulai memahami bahwa ini adalah sebuah proyek gotong royong. Saat itu, saya mulai tertarik.

Alasan ketertarikan itu sangat sederhana, yaitu “kerja bakti” membuat dokumenter tersebut dirancang untuk melibatkan beberapa institusi yang tidak terkait satu dengan yang lain. Hal itu cukup untuk menjadi pembeda. Sebab, selama ini, publik disuguhi karya jurnalistik hasil kerjasama beberapa media yang (sering kali) tergabung dalam sebuah kerajaan bisnis tertentu.

Proyek ini semakin menarik setelah saya kemudian mengetahui bahwa dokumenter tersebut dirancang untuk merekam dari sisi terdalam kantung-kantung kaum miskin kota yang akan digusur. Sepertinya ini adalah pilihan melawan arus, ketika sebagian besar media melihat dari “luar” lokasi penggusuran.

Singkat cerita, komunikasi dengan jaringan mahasiswa, akademisi, media, dan WatchDoc pun terjalin. Komunikasi itu berhasil mengumpulkan belasan videografer dan editor, sebagian besar adalah mahasiswa dari beberapa universitas.

Jurnalis-jurnalis muda itu bekerja selama kurang lebih enam bulan. Sampai tulisan ini dibuat, mereka masih melakukan proses pascaproduksi untuk memenuhi tenggat waktu penayangan dokumenter, yaitu akhir Oktober 2016.

Saya merasa beruntung karena memiliki waktu untuk berdiskusi dengan sebagian dari mereka. Selama diskusi, saya bisa menyimpulkan bahwa sudut pandang dokumenter ini sangat jelas, yaitu menyuarakan suara warga yang selama ini relatif tidak terakomodasi oleh media arus utama.

Selama memproduksi dokumenter, anak-anak muda ini tinggal bersama warga. Mereka tidur di rumah warga, di bilik rumah susun, bahkan di tenda-tenda sederhana. Saking seringnya berkumpul, mereka sudah seperti warga setempat.

Sekar, misalnya. Mahasiswi asal Depok ini merasa beruntung karena kehadirannya disambut baik oleh warga. Dia juga sering menerima kiriman makanan dan tawaran kebaikan lain dari warga, bahkan pada saat warga sedang susah.

Situasi itu membuat Sekar bisa merasakan apa yang dirasakan oleh warga. Ia mengaku belum bisa melupakan suasana haru ketika sanggar Ciliwung Merdeka diratakan dengan tanah. Dengan bantuan aktivis organisasi itu, ia bisa merekam kejadian tersebut dari posisi yang aman.

Para videografer muda ini menyadari bahwa gerakan membuat dokumenter membutuhkan pengorbanan fisik, materi, waktu, dan lain sebagainya.

Contohnya adalah pengalaman Sindy, Octi dan Vania. Sebagai seorang sutradara, Sindy bisa jadi adalah anggota tim yang paling sering menghabiskan waktu di markas WatchDoc. Namun demikian, dia juga sering meliput langsung di lokasi-lokasi penggusuran.

Nibras Nada Nailufar Sanggar Ciliwung Merdeka yang dihancurkan oleh backhoe dalam rangka normalisasi Sungai Ciliwung, Rabu (28/9/2016).
Sementara itu, Octi dan Vania  harus “membelah” dua provinsi setiap kali bekerja: dari tempat tinggal mereka di Tangerang menuju markas produksi dokumenter di timur Jakarta dan lokasi-lokasi penggusuran.

“Derita” materi dan fisik juga mereka alami, mulai dari membiasakan diri dengan nyamuk hingga gangguan kesehatan kulit kaki karena terlalu sering terendam air laut. Mulai dari menghilangkan helm tukang ojek hingga kehilangan telepon seluler di tengah laut.

Untuk ukuran jurnalis muda, pengalaman-pengalaman itu mungkin sangat berarti.

Salah satu pengalaman berharga, yang bisa jadi tidak disadari, adalah bahwa mereka sedang melakukan salah satu genre dalam dunia kewartawanan yang mulai jarang dijumpai, yaitu jurnalisme advokasi.

Tradisi panjang

Inisiatif WatchDoc untuk memotret penggusuran “dari dalam” dengan menggandeng beberapa jurnalis muda adalah salah satu fase dari untaian tradisi jurnalisme advokasi yang sangat panjang.

Halaman:


Terkini Lainnya

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Nasional
Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Nasional
Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Nasional
Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Nasional
Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Nasional
Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

Nasional
Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com