Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Jalur Yudhoyono untuk Putra Sulung di Jakarta

Kompas.com - 10/10/2016, 07:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

 

Politik bukan perkara ideologi.

Bukan hal baru sebenarnya, karena juga terjadi di semua belahan dunia sejak lama. Akhir-akhir ini, di Indonesia, kita mengalaminya lagi.

Karenanya, "matinya" para ideolog di panggung-panggung politik tidak perlu diratapi. Ratapan tidak akan membuat para ideolog kembali dan lantas punya taji. 

Alih-alih punya taji, jika para ideolog bangkit dari kematiannya, olok-olok akan mereka terima. Ideologi dan para ideolog akan dianggap tidak lagi relevan.

Kurang kekinian, meminjam bahasa anak sekarang.

Di tengah masyarakat yang mudah diajak memuji dan sekejap kemudian membenci dengan alasan emosi (perasaan semata), penalaran dengan dasar logika yang ditawarkan para ideolog adalah sinyal membuang energi. 

Bergantung pada konsultan 

Peran ideologi yang sebelumnya mampu menggugah kesadaran orang per orang untuk berpolitik saat ini digantikan para konsultan.

Jika kemudian mereka yang tampil di panggung-panggung politik itu tampak seperti ideolog, itu hanya seolah-olah saja. Kesan keseolah-olahan mereka adalah hasil kerja para konsultan yang kerap tak kelihatan.

Citra ideolog yang ditangkap massa atas seorang tokoh adalah hasil ciptaan. Ada rekayasa yang dilakukan meskipun juga bukan tanpa dasar. 

Untuk upaya ini, politik tanpa ideologi bergantung pada para konsultan. Mereka bergerak dalam tim jajak pendapat atau survei dan tim public relation.

Sekali lagi, ini juga bukan barang baru. Tiap masa kampanye dan pemilihan umum, kenyataan ini seperti diteguhkan lagi. 

Di Indonesia, kesadaran akan matinya ideologi atau "pembunuhan" para ideolog di panggung-panggung politik terlihat jelas selepas masa reformasi 1998.

Kematian ideologi terjadi bersamaan dengan masa pemilihan presiden dan wakil presiden langsung Indonesia pertama kali tahun 2004. 

Jika kita masih ingat, saat itu ada Lembaga Survei Indonesia (LSI) dengan Denny JA sebagai Direktur Eksekutifnya. LSI saat itu sukses membawa Susilo Bambang Yudhoyono- Jusuf Kalla menumbangkan lawan-lawanya termasuk petahana Megawati Soekarnoputri.

Sejak awal kemunculannya dengan hasil survei awal 2004, Denny JA sudah mengumandangkan kematian ideologi di panggung-panggung politik. 

Apa yang dikumandangkan Denny JA itu bukan tanpa dasar. Upayanya melaksanakan tugas dari SBY untuk melakukan survei tingkat popularitas dan peluangnya menjadi presiden di Pilpres 2004 menjadi dasar keyakinan.

Kita ingat, SBY yang mundur dari tugas sebagai pembantu Presiden Megawati karena merasa tugas-tugasnya sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Polkam) diambil alih Presiden. 

Sebelum mundur, ada polemik antara SBY dan Taufik Kiemas (suami Megawati) yang memunculkan drama karena tuduhan sebagai menteri dengan kelakuan kekanak-kanakan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Nasional
Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Nasional
Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com