Telah berpulang ke haribaan Sang Maha Pencipta Allah Subhannawataala, Maha pengasih dan Maha penyayang, seorang hambanya salah satu penulis, pelopor dan perintis wartawan Indonesia, Ibu Herawati Diah dalam usia 99 tahun.
Usia yang bila dihadapkan dengan rata-rata orang Indonesia pada umumnya, termasuk golongan yang cukup langka.
Inalilahi Wainaillaihi Rojiun, semoga almarhumah dapat diterima disisi Yang Maha Kuasa sesuai dengan amal dan ibadahnya, serta diampuni segala dosa-dosanya, Amin YRA.
Terakhir kali saya bertemu dengan Ibu Herawati terjadi beberapa bulan lalu dalam kesempatan silaturahmi rutin kelompok kecil wartawan senior di salah satu kediaman wartawan senior di Bogor.
Saat itu, walau beliau sudah berada di kursi roda, akan tetapi pancaran wajahnya masih memperlihatkan aura kecerdasan dan semangat seorang ibu yang datang dari kalangan kaum terpelajar.
Di usianya yang sudah mencapai 99 tahun, beliau masih mampu berkomunikasi dengan baik ditengah-tengah kelompok kecil yang merupakan salah satu bagian dari komunitas wartawan senior yang hadir diwaktu itu.
Beliau tampak sehat dan tetap kelihatan bersemangat tinggi dalam berbincang tentang masalah keseharian yang berlangsung kala itu.
Saya menatap wajahnya sambil menerawang membayangkan, bahwa ibu Hera ini pada tahun depan akan genap berusia 100 tahun, sungguh luar biasa.
Pada kenyataannya Tuhan telah menentukan lain, dan Ibu Hera tidak sempat melangkah hingga mencapai tahun 2017.
Saya mengetahui atau mengenal ibu Herawati di tahun-tahun 1950-an dengan sebutan Tante Hera. Kala itu Ayah dan Ibu saya menyebut atau memanggil teman-temannya dengan istilah Bung dan Zus.
Diantaranya adalah Bung BM Diah dan Zus Hera untuk Bapak BM Diah dan Ibu Herawati, Bung Adam dan Zus Nelly untuk Bapak Adam Malik dan Ibu Nelly Adam Malik, Bung Mashud dan Zus Moeke untuk Bapak Mashud dan Ibu Moeke Mashud dan lain-lainnya.
Sementara itu kami, anak-anaknya menggunakan panggilan Om dan Tante serta ada juga kalanya beberapa yang menggunakan sebutan Bung dan Tante.
Lama setelah itu saya tidak pernah bertemu lagi dengan beliau dan baru berjumpa kembali beberapa tahun lalu, setelah saya memasuki masa pensiun dan menerima undangan silaturahmi dari Bapak Parni Hadi, mantan Direktur LKBN Antara dan Tante Mashud, isteri dari almarhum Bapak Mashud, eks kepala perwakilan Kantor Berita Antara di London.
Pada kesempatan reuni keluarga besar para mantan wartawan Kantor Berita Antara di Jakarta itulah untuk pertama kali setelah tahun 1950-1960an saya berjumpa kembali dengan Tante Hera, Ibu Herawati Diah.
Wartawati super senior Herawati Diah, nama lengkapnya Siti Latifah Herawati Diah, lahir di Belitung pada tanggal 3 April 1917, dari pasangan Bapak Dokter Raden Latif dan Siti Halimah.